Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nasib Pendukung Kalau Moeldoko Insaf dan Mundur dari Ketum Abal-Abal: Nangis Keras-Keras?

Nasib Pendukung Kalau Moeldoko Insaf dan Mundur dari Ketum Abal-Abal: Nangis Keras-Keras? Kredit Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nasib para pengikut pendukung Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang, Medan, Sumatera Utara, beberapa waktu lalu yang memutuskan Kepala Staf Presiden (KSP) Jenderal (Purn) Moeldoko terpilih sebagai Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat, sebenarnya tergantung Moeldoko.

Hal ini ditegaskan politikus Partai Demokrat, Rachland Nashidik. Menurutnya, bisa saja jiwa prajurit TNI Moeldoko muncul dan mengakui kekhilafannya serta menyatakan mundur dari jabatan Ketum Demokrat versi KLB. Baca Juga: Tak Nampak Batang Hidungnya, di Manakah Moeldoko Berada?

"Dan kalian mau bilang apa, menangis sekeras apa, bila hari ini atau besok Moeldoko menyadari kekhilafan, bangkit sifat prajuritnya, lalu menyatakan mundur dari Ketum abal-abal hasil KLB Ilegal?" seperti dikutip dari akun Twitter @RachlanNashidik, Kamis (11/3/2021).

Menurut Rachland apa yang disampaikan para pendukung KLB Demokrat Deli Serdang ini tak perlu dihiraukan karena diakuinya seluruh DPC dan DPD Demokrat pimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menegaskan tak mengakui KLB Moeldoko. Baca Juga: Sang Pendukung Bongkar Fakta Moeldoko Nyalon Presiden 2024: Gak Ada Manusia Supermen!

"Silahkan saja kaum anakronis keblinger itu mengatakan apa saja. Kenyataannya, seluruh Ketua DPD PD dan limaratus lebih Ketua DPC PD tidak mempercayai mereka, menolak KLB ilegal, dan sebaliknya memilih mempercayai Agus Yudhoyono dan menyatakan setia pada kepemimpinannya," tutupnya.

Sebelumnya, pendiri Partai Demokrat Ahmad Yahya membeberkan beberapa alasan kader partai ini mendesak diselenggarakannya Kongres Luar Biasa (KLB) di Sumatera Utara, beberapa waktu lalu.

Pertama, kader merasa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai ketua Majelis Tinggi menempatkan anaknya yang tidak berpengalaman AHY menjadi ketua umum. Hal ini menyebabkan terjadinya krisis kepemimpinan di Partai Demokrat.

"Kepemimpinan AHY yang rapuh, sewenang-wenang, dan menjaga jarak dengan para kader terutama pengurus daerah dan cabang, menyebabkan penyumbatan aspirasi dan kebuntuan komunikasi,sehingga kader-kader di daerah menginginkan KLB segara dilaksanakan dalarn waktu yang sesingkat-singkatnya," jelas Yahya dalam konferensi pers di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: