Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Walt Disney, Konglomerat Hiburan yang Terhibur karena Ketajirannya

Kisah Perusahaan Raksasa: Walt Disney, Konglomerat Hiburan yang Terhibur karena Ketajirannya Kredit Foto: Reuters

Disney mengalami kemunduran besar sejak 1941. Bukan hanya karena perang, tapi dilatarbelakangi oleh pemogokan animator selama tiga bulan. Mereka gagal memproduksi karya panjang. Sebagai gantinya, Disney berkonsentrasi pada kartun pendek, dokumenter alam, dan fitur yang menggabungkan aksi langsung dan animasi seperti "The Three Caballeros" (1945) dan "Song of the South" (1946).

Namun begitu, setelah perang, perusahaan mengalami kesulitan untuk melanjutkan dari bagian yang ditinggalkannya Tetapi tahun 1950 terbukti menjadi titik balik, berkat produksi film live-action pertama Disney, "Treasure Island," dan film animasi lainnya, "Cinderella."

Disney juga meluncurkan beberapa serial televisi selama dekade ini. Pada tahun 1955, "The Mickey Mouse Club" memulai debutnya di hadapan pemirsa TV nasional.

Pada tahun yang sama menandai momen penting lainnya bagi Disney. Tahun 1955, dilakukan pembukaan taman hiburan Disney pertama, Disneyland, di California.

Popularitas perusahaan terus meningkat dan selamat dari kematian pendiri ikoniknya, Walt Disney, pada 1966. Setelah Walt wafat, Roy Disney mengambil alih pengawasan perusahaan dan digantikan oleh tim eksekutif pada 1971.

Dalam dekade berikutnya, perusahaan mengambil keuntungan dari peluang merchandising, terus memproduksi film layar lebar, dan membangun taman hiburan tambahan di seluruh dunia, termasuk taman hiburan internasional pertama Disney, Tokyo Disneyland tahun 1983. Selama waktu ini, perusahaan mengalami upaya pengambilalihan, tetapi akhirnya pulih dan kembali ke jalur yang sukses ketika Michael D. Eisner menjadi ketuanya pada 1984.

Sejak 1980-an, Disney telah memperluas pengaruhnya ke pasar yang lebih luas, dimulai dengan debut Disney Channel di TV kabel. Perusahaan ini mendirikan beberapa subdivisi dan studio, seperti Touchstone Pictures, untuk memproduksi film di luar tarif standar yang berorientasi keluarga dan mendapatkan pijakan yang lebih luas dalam industri hiburan. Eisner dan mitra eksekutif Frank Wells terbukti menjadi tim yang sukses untuk memimpin Disney ke abad baru.

Di abad baru, pada 2005, Bob Iger mengambil alih peran CEO dari Eisner. Setahun kemudian, Disney membeli Pixar karena mulai fokus pada animasi digital.

Pixar sebelumnya memproduksi film-film hits seperti "Toy Story", "Finding Nemo," dan "The Incredibles." Di bawah payung Disney, Pixar Animation Studios terus mendapatkan penghargaan bergengsi untuk film-film seperti "Moana" dan "Coco."

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: