Pengamat Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio tidak menampik, Ganjar menjadi kader PDIP dengan elektabilitas tertinggi sebagai capres. Namun, elektabilitas Ganjar saat ini, kata dia, masih nanggung. Masih di bawah Jokowi saat menjelang Pilpres 2014.
“Nggak tinggi-tinggi banget. Kalau mau didorong sama PDIP, seperti perjudian juga. Jadi mendingan nunggu sampai Pemilu sudah dekat, mungkin 2 tahunan lagi baru bereaksi,” kata Hensat, sapaan akrab pendiri lembaga survei KedaiKOPI itu, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.
Hendri menilai, peluang Ganjar jadi capres dari PDIP sangat berat. Salah satu sainganya, yakni Puan Maharani. Meskipun elektabilitas Puan saat ini kecil, posisi Puan sebagai putri mahkota jadi nilai lebih.
“Bukan hanya Mbak Puan. Mungkin juga Bu Mega dengan potensi yang ada masih memiliki kesempatan untuk maju. Pengen juga, mungkin,” sambungnya.
Sementara Pakar Komunikasi Politik Lely Arrianie sudah mencium aroma racikan pasangan calon yang disimpan PDIP untuk Pilpres 2024 mendatang sejak Prabowo akhirnya menerima tawaran bergabung dalam kabinet Jokowi-Ma’ruf sebagai Menteri Pertahanan. Prabowo yang biasanya meledak-ledak, kini disetel lebih kalem. Itu dilakukan, untuk menjaga ritme popularitasnya.
Jika dilihat dalam perspektif dramaturgi panggung politik, terang Lely, sebetulnya sudah ada kesepakatan antara PDIP dengan Prabowo di middle stage atau panggung tengah terkait Pilpres 2024. Wilayah kompromistis antara panggung depan (front stage) sama panggung belakang (back stage).
“Di panggung tengah dibicarakan sama pak Prabowo. Udah deh gabung aja dulu (di kabinet). Biar nama mu tidak hilang di peredaran politik. Nanti kamu maju sama Puan,” kata Lely, yang mencoba menebak skenario politik PDIP di Pilpres 2024 dalam obrolan dengan Rakyat Merdeka, tadi malam.
Ia meyakini, Prabowo-Puan akan jadi duet maut di 2024. Sebab, Ganjar, Anies, maupun Ridwan Kamil yang sempat digadang-gadang jadi Capres potensial bakal redup. Karena, sekitar 2 tahun jelang Pilpres mereka akan hilang dari peredaran pembicaraan publik. Sebab masa jabatannya habis dan posisi mereka sudah digantikan Pj Gubernur. “Sudah didesain ini semua,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq