- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Perusahaan Batu Bara Taipan Sudwikatmono: Omzet Amblas, Kerugian Indika Energy Bengkak 547%
Perusahaan batu bara milik konglomerat Sudwikatmono, PT Indika Energy Tbk (INDY), membukukan kerugian sebesar US$117,54 juta sepanjang tahun 2020. Nilai tersebut membengkak hingga 547,25% dari rugi tahun 2019 lalu yang hanya US$18,16 juta.
Merujuk ke laporan keuangan perusahaan, pendapatan Indika Energy terpangkas sebesar 25,18% dari US$2,78 miliar per Desember 2019 menjadi Rp2,08 miliar per Desember 2020. Jika dibedah, kontribusu pendapatan kontrak dan jasa menyumbang nilai yang lebih rendah bagi Indika Energy, yakni dari US$822,22 juta pada 2019 menjadi US$548,54 juta pada 2020. Baca Juga: Siloam Hospital Milik Konglomerat Mochtar Riady Nasibnya Berubah Drastis! Bye-Bye Tekor!
Pendapatan hasil penjulan batu bara juga mengalami penurunan secara tahunan, di mana tahun 2019 lalu mencapai Rp1,89 miliar, sedangkan tahun 2020 hanya US$1,45 miliar. Penjualan batu bara ekspor dan domestik masing-masing berkontribusi sebesar US$991,94 juta dan US$458,99 juta terhadap pendapatan Indika Energy pada tahun 2020. Baca Juga: Nasib Plaza Indonesia Pimpinan Taipan Rosano Barack Berubah 180 Derajat: Dari Untung Jadi Buntung!
Sejumlah faktor memengaruhi performa laba/rugi Indika Energy. Sepanjang tahun 2020 lalu, Indika Energy mencatatkan rugi sebelum pajak sebesar US$99,18 juta, di mana tahun sebelumnya tercatat untung sebesar US$54,13 juta. Kemudian, pada tahun 2020 rugi akumulasi selisih kurs mengalami pembengkakan dari awalnya US$305,45 ribu menjadi US$1,27 juta.
Ditambah lagi, kerugian yang belum direalisasi atas instrumen keuangan derivatif juga membesar, yakni dari US$21,75 juta pada 2019 menjadi US$24,15 juta pada 2020. Pada saat yang bersamaan, aset Indika Energy menurun secara tahunan dari angka US$3,62 miliar pada akhir 2019 menjadi US$3,49 miliar pada akhir 2020.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih