Pilpres 2024, Foto Anies-Gatot Bertebaran di Medsos Hingga Cak Imin Raih Restu Bos NU
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indobarometer, M Qodari menjelaskan kenapa tema capres selalu muncul dalam setiap survei. Pertama, survei bertemakan Pilpres menjadi kesukaan media. Kedua, konteks pemerintahan Indonesia menganut sistem presidensial.
“Ibarat hitam putih, masa depan negara ini ada di Presiden ke depan. Jadi tidak salah kalau publik ingin tahu siapa capresnya,” tutur Qodari, saat berbincang dengan Rakyat Merdeka, kemarin.
Berikutnya, kata Qodari, proses pencarian capres itu memerlukan waktu yang cukup panjang. Alhasil, temuan survei bisa jadi cermin semua pihak termasuk calon yang disurvei. “Kita berharap pada gilirannya menghasilkan kandidat terbaik,” imbuhnya.
Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute, Karyono Wibowo memandang, survei elektabilitas capres yang saat ini mengemuka mesti disikapi secara bijak. Pasalnya, hasil survei ini bukan mencerminkan hasil akhir.
Dia bilang, tidak ada yang bisa melarang melakukan survei. Sebab, itu bagian dari ekspresi kebebasan berpendapat.
“Hasil survei saat ini hanya untuk memetakan peta dukungan capres pada kondisi sekarang. Dengan demikian, hasil survei yang dipublikasikan bukan hasil final,” terang Karyono, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Direktur Eksekutif Paramater Politik Indonesia, Adi Prayitno melihat nama-nama yang muncul di survei mesti kerja ekstra terutama untuk mendapatkan dukungan partai politik. Adi menegaskan, tak ada guna elektabilitas yang dimiliki Anies, Ganjar dan Ridwan Kamil jika tak bisa meyakinkan ada parpol yang siap untuk mengusungnya.
Apalagi, pada saat bersamaan, banyak muncul ketum parpol yang 99 persen bakal maju Pilpres 2024 untuk mengamankan suara pileg. Misalnya, Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Muhaimin Iskandar.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion, Dedi Kurniasyah mengungkapkan, nuansa kontestasi pilpres menguat sejak 2014 lalu. Terutama karena adanya pengkondisian buzzer politik saat ini. Nah, fenomena inilah yang berkontribusi terhadap riuhnya politik Tanah Air. Ditambah lagi 2024 menjadi kontestasi baru karena munculnya tokoh-tokoh baru juga.
“Semangat kontestasi ini muncul lebih awal karena banyaknya tokoh potensial, sehingga nuansa perebutan popularitas menguat,” paparnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq