Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengamini hal tersebut. Malah, menurutnya, bank digital di Indonesia sedang bergerak ke arah yang positif. Meski agak telambat dari negara-negara lain, pagebluk telah mengakselerasi bank digital Tanah Air.
"Bagi perbankan, ini merupakan jawaban dan upaya menjawab tantangan perkembangan teknologi, pandemi, dan permintaan masyarakat," beber dia kepada Warta Ekonomi baru-baru ini sembari menjelaskan indikatornya ialah pelaku bank digital kian banyak dan tumbuh.
Baca Juga: Kesenjangan Digital di Masa Pandemi, Pakar Perubahan akan Menentukan Masa Depan
Pandangan serupa diungkapkan oleh Kepala Center of Innovation and Digital Economy Indef Nailul Huda. Pandemi membikin hampir semua produk keuangan digital terakselerasi. Bank digital turut merasakan dampaknya. Ia menilai kinerja bank digital eksisting makin gemilang lantaran adanya pandemi Covid-19, yang membatasi aktivitas masyarakat.
"Transaksi keuangan menggunakan e-payment meningkat, ini dirasakan juga oleh bank digital," tuturnya saat dihubungi Warta Ekonomi, belum lama ini.
Berkah kenaikan transaksi ini dirasakan oleh Jenius Pay yang mengalami kenaikan transaksi sebanyak enam kali lipat selama periode Maret-Oktober 2020. Selanjutnya, jumlah nominal transaksi Jenius Pay meningkat 401 persen dan volume transaksi naik 212 persen pada Oktober 2020 dibandingkan Maret 2020.
Meningkatnya transaksi digital selama pandemi juga dialami oleh Digibank by DBS, yang melesat sebesar 75 persen pada fitur Bayar & Beli dan penggunaan kartu debit.
Ekonom Indef ini menyebut bank digital Indonesia punya peluang yang amat besar untuk memimpin di wilayah Asean. Terlebih, Indonesia merupakan pangsa pasar digital tertinggi di Asia Tenggara. Riset Google-Temasek tahun 2018, angka yang diraih Indonesia mencapai US$27 miliar, dan akan menyumbangkan US$100 miliar di tahun 2025 mendatang.
Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2019-2020 menunjukkan jumlah pengguna internet mencapai 196,7 juta atau 73,7 persen dari total populasi Indonesia. Angka ini naik 8,9 persen dibandingkan jumlah pengguna sebelumnya.
"Pertumbuhan penetrasi internet di Indonesia juga pesat, lalu kelas masyarakat menengah bertumbuh pesat juga. Ini faktor yang bisa menjadikan Indonesia sebagai leader (di Asean)," imbuhnya.
Di sisi lain, masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan di Indonesia masih amat tinggi. Mengutip kajian Google, Bain & Temasek yang dirilis tahun 2019, ada 92 juta orang Indonesia yang masuk kategori unbanked. Artinya, peluang yang ada masih amatlah besar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rosmayanti
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: