Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Doni Monardo dan Mama Nona Bahas Warisan Baba Akong

Oleh: Egy Massadiah, Tenaga Ahli Bidang Media BNPB

Doni Monardo dan Mama Nona Bahas Warisan Baba Akong Kredit Foto: BNPB

Sejak peristiwa itu, banyak tetangga mengungsi dan tidak kembali. Hanya sedikit warga Desa Reroroja, Kecamatan Magepanda yang kembali dan membangun rumahnya; memungut yang bisa dipungut, mencari sisa-sisa benda yang bisa dicari. "Baba Akong tidak mau pindah. Ia bilang, rumah kita di sini dan akan tetap di sini sampai kapan pun," tutur Mama Nona.

Tiba suatu hari, Baba Akong memanggil Nona, sang istri. "Mama, mari kita pergi cari anakan mangrove." Mama Nona menolak.

Baca Juga: Penanaman Mangrove Dapat Pulihkan Lingkungan Hingga Dongkrak Ekonomi Rakyat

Esok hari, Baba Akong kembali mengajak sang istri mencari bibit mangrove. Kali ini dengan penjelasan, bibir pantai harus ditanam mangrove; tujuannya agar masyarakat pesisir Reroroja bisa selamat jika suatu ketika bencana itu berulang. Mama Nona tetap tidak paham dan untuk yang kedua kali pula, Mama Nona menolak.

Hari ketiga, Baba Akong--sekali lagi--mengajak sang istri mencari bibit mangrove dan menanamnya di pesisir belakang rumah. Ajakan kali ini rupanya ajakan terakhir. Terbukti, Baba Akong menegaskan, "Kalau mama (tetap) tidak mau, saya akan melakukannya sendiri."

Mama Nona bergeming. Selangkah tidak bergerak, sejengkal tak beringsut. Toh, Baba Akong tidak marah. Ia hanya ngeloyor keluar rumah, mengambil sekop, memikul karung, dan meninggalkan rumah dan Mama Nona yang terbengong-bengong. "Saya akan melakukannya sendiri," Mama Nona ingat kalimat suaminya.

Hari kedua, Baba Akong kembali mencari anakan mangrove dan tidak mengajak istrinya. Pagi-pagi, usai sarapan pisang goreng, Baba Akong keluar rumah. Menyambar sekop, karung, ngeloyor ke Pantai Ndete, mencari dan mengumpulkan bibit mangrove, lalu menanam di belakang rumah.

Hari ketiga, idem. Mama Nona tidak tega. Ia pun bergegas menyusul. Tidak lupa membawa bekal cemilan dan air putih. "Saya tetap belum paham untuk apa Baba Akong melakukan itu semua. Saya ikut dia karena kasih istri kepada suami," ujarnya.

Nol Kosong

Hari demi hari, minggu berganti minggu, bahkan bilangan bulan dan tahun berlalu. Tidak ada yang berubah dengan kebiasaan Baba Akong dan istrinya. Menanam dan menanam mangrove. Sepetak demi sepetak hingga akhirnya berbilang hektare, bahkan puluhan hektare bibit mangrove tertanam.

Ada kalanya, ketika bibit mangrove mulai sulit didapat, Baba Akong tak segan-segan menggunakan hasil keuntungan jualan ikan untuk membeli bibit mangrove di daerah lain. Doni Monardo pun terkesan dengan kisah yang dituturkan Mama Nona. "Apa tidak ada yang membantu biaya?" tanya Doni Monardo.

"Tidak ada. Kami sendiri," jawab Mama Nona.

"Pemerintah Daerah juga tidak membantu?" lanjut Doni.

"Nol kosong," jawab Mama Nona lugas mengenang peristiwa 20 tahun silam.

"Boleh saya menanam mangrove di sini?" tanya Doni.

Mama Nona mempersilakan dan meminta tetangga yang datang sore itu segera mengambilkan bibit mangrove. Mama Nona kemudian mengiringi langkah Doni Monardo ke arah ujung luar hutan mangrove. Sebuah jembatan bambu, membelah hutan mangrove yang lebat menjadi jalan menuju pantai.

Sejenak Doni Monardo menebar pandang ke sekeliling, lalu menuju area berlumpur. Ia memungut pelepah kelapa, lalu digunakannya sebagi cetok membuat lubang. Setelah dirasa cukup menggali, Doni meminta satu bibit mangrove, mengepal-ngepalkan tanah lumpur dalam polybag, lalu melepas polybag, dan menanam di lubang yang telah ia buat.

Dengan kedua telapak tangan telanjang, Doni menutup bibit mangrove dengan tanah lumpur di sekitarnya. Usai menanam, sambil berdiri, ia menepuk-nepuk ujung bibit mangrove dengan penuh kasih. "Tolong dijaga mama, kelak saya akan datang menengok," kata Doni kepada Mama Nona.

Langkah Doni ini adalah bentuk dukungan terhadap setiap usaha konservasi alam. Sebuah persembahan kepada almarhum Baba Akong. Penanaman pohon mangrove oleh Baba Akong terbukti telah mampu menghijaukan kawasan dan kini menjadi warisan membanggakan. Hutan Mangrove Magepanda sudah menjadi icon Kabupaten Sikka.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: