Hilmar juga menyatakan, tim pengkoreksi akan dibentuk dengan melibatkan organisasi yang turut membangun negara ini, termasuk dengan Nahdlatul Ulama (NU).
Secara substansi menurut Hilmar, tidak ada niatan untuk menghapus bagian sejarah yang sangat penting. Di dalam draf buku kamus tersebut, sudah dimuat informasi tentang pendirian Nahdlatul Ulama dan disebutkan juga signifikansi KH. Hasyim Asy’ari pada beberapa halaman.
Turut hadir dalam Bincang Pendidikan dan Kebudayaan adalah Guru Besar Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Prof. Susanto Zuhdi yang membantu menyunting draf buku Kamus Sejarah Jilid I.
"Tahun 2017, draf buku kamus ini memang kami simpulkan belum sempurna,” ujarnya.
"Nama KH. Hasyim Asy’ari ada pada uraian pendirian tokoh Nahdlatul Ulama. Bagaimana mungkin kita melupakan tokoh ini ketika berbicara pendirian Nahdlatul Ulama?” terang Prof Susanto.
Sebagai informasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) turut membangun Museum Islam Indonesia Hasyim Asyari di Jombang, Jawa Timur dan pernah menerbitkan buku KH. Hasyim Asy’ari.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: