Merasakan Suasana Mencekam Saat Ramadan di Myanmar, Begini Kisahnya...
Di salah satu jalan di tengah kota Yangon, tempat banyak warga Muslim bermukim, Ramadhan kali ini menyisakan trauma mendalam.
Pada pekan pertama Ramadhan lalu, banyak warga yang melayat seorang pemuda yang ditemukan tergantung di masjid dengan kondisi dipakaikan baju perempuan. Tidak ada keterangan resmi apa yang terjadi namun di media sosial, warga banyak membicarakan apa yang terjadi adalah aksi militer.
Baca Juga: Konsensus ASEAN Terkait Myanmar Disambut Baik Pemerintah Persatuan, Kenapa?
Daw Zi termasuk di antara yang melayat pemuda yang sering menjaga masjid itu.
"Sangat menyedihkan dan sangat sulit kondisi di sini...Pemuda itu sendiri di masjid saat ditangkap dan meninggal," kata Daw Zi, bukan nama sebenarnya, perempuan berusia 35 tahun.
Warga Muslim yang tinggal di seputar tempat tinggalnya itu termasuk orang Myanmar sendiri, orang Rohingya dan Muslim dari Asia selatan.
"Kami takut ke masjid pada malam hari. Tak ada yang berani. Kami pulang ke rumah sebelum maghrib dan melakukan tarawih di rumah. Kami buka puasa juga di rumah. Tak aman salat di masjid," tambah perempuan keturunan Rohingya ini kepada wartawan BBC News Indonesia, Endang Nurdin.
Kabar yang terjadi di Mandalay pada hari pertama Ramadhan juga terdengar oleh mereka di Yangon.
Seorang pria berusia 28 tahun meninggal ketika tentara melepaskan tembakan ke arah masjid Maha Aungmyay, Mandalay, ketika pria itu tengah tidur, setelah beribadah di masjid, menurut Myanmar Now, media online independen.
Media ini mengutip para saksi mata yang mengatakan tentara langsung melepaskan tembakan dan Ko Htet, pemuda itu, ditembak, di dada dan meninggal di tempat.
Daw Ma Aye, perempuan berusia pertengahan 20an, yang tinggal di Yangon mendengar kabar ini dan mengatakan, "Kami sama sekali tak aman. Mereka seolah memberi kami kebebasan semu yang dapat diambil kapan saja."
"Akan selalu ada penahanan tak terduga-duga tanpa alasan apapun. Jadi sama sekali tak aman untuk salat di masjid," katanya lagi kepada BBC News Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: