Indonesia merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar dunia dengan luas penguasaan lahan mencapai lebih dari 16 juta hektar. Potensi dari luasnya lahan kelapa sawit ini dapat dioptimalkan untuk pengembangan sub sektor peternakan di Indonesia.
Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direkorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) menyambut baik dan terus mendorong terjalinnya kolaborasi triple helix antara peneliti, pemerintah dan dunia usaha untuk menghasilkan inovasi yang aplikatif dan solutif sesuai dengan kebutuhan industri serta mampu menumbuhkan daya saing, termasuk di industri pakan yang merupakan tulang punggung penyediaan protein hewani bagi masyarakat Indonesia.
Baca Juga: Gapki Klaim Ekspor Sawit ke India Masih Normal
Sebelumnya, Kementerian Pertanian telah mengembangkan sistem integrasi sapi-sawit yang menjadi model dalam penyediaan daging sapi bagi Indonesia. Tidak hanya itu, penyediaan pakan bagi hewan ternak seperti ruminansia dan unggas berpotensi besar dipenuhi dari bungkil inti sawit (palm kernel meal/PKM).
Dengan produksi inti sawit sebesar 9,8 juta ton, Indonesia berpotensi menghasilkan PKM sebesar 4,42 juta ton/tahun. PKM merupakan bahan pakan berserat tinggi sebesar 14 – 27,7 persen dengan kualitas protein yang sedang sebesar 13,5 – 19,4 persen.
“Ditjen PKH berharap sinergi antara pemerintah dan lembaga penelitian dengan kalangan pelaku usaha dapat terus terbangun dan makin erat untuk saling mendukung proses penyediaan bahan pakan lokal yang bermutu secara khusus dan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan secara umum,” ungkap Sekretaris Direktur Jenderal PKH yang sekaligus Plt. Direktur Pakan, Makmun saat membuka diskusi panel ‘Mengulas Inovasi Palm Kernel Meal Terolah (Palmofeed) sebagai Pakan Alternatif Sumber Energi dan Protein’.
Dinamika di sektor perunggasan yang terjadi akhir-akhir ini menyoroti melambungnya harga beberapa bahan pakan unggas utama. Sebagaimana diketahui, jagung dan bungkil kedelai (soybean meal) merupakan bahan pakan sumber energi dan protein utama dalam formulasi pakan unggas. Bahkan sekitar 75 persen komposisi bahan pakan unggas terdiri dari kedua bahan tersebut.
Peningkatan harga domestik jagung pada triwulan I-2021 yang seiring dengan kenaikan harga bungkil kedelai sejak Agustus 2020 telah mendorong peningkatan harga pakan domestik. Ketergantungan akan bahan pakan impor ini nantinya akan menimbulkan aspek ketidakpastian.
“Ditjen PKH berharap kedepan inovasi PKM menjadikan bahan pakan fungsional sumber energi dan protein unggulan Indonesia sehingga mampu menyubstitusi sumber energi dan protein dari impor” ujar Makmun.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: