Tindakan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin yang membalas kritikan Busyro Muqoddas dengan menyebut Ketua PP Muhammadiyah itu berotak sungsang menuai kritik. Sebab, sikap Ngabalin tersebut dinilai mencerminkan demokrasi yang tidak sehat.
Adapun pernyataan Ngabalin itu menanggapi kritikan Busyro terhadap Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Menurut Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin, sebuah kritikan seharusnya dijawab dengan kinerja yang meyakinkan, dengan kinerja yang baik.
"Bukan menyebut sang pengritik dengan nada tendensius dan menyerang secara personal. Tak elok jika ada tokoh yang mengkritik, lalu dituduh berotak sungsang. Ini mencerminkan demokrasi yang tak sehat," ujar Ujang kepada SINDOnews, Sabtu (15/5/2021).
Baca Juga: TWK Dibilang Aneh Bin Ajaib, Ali Ngabalin Sewot Sampai Tunjuk-tunjuk Mantan Penasihat KPK
Lagipula, kata Ujang, apa yang dikatakan Busyro Muqoddas memang apa adanya. "Dan itu sesuai fakta. Apalagi dia pernah menjadi Pimpinan KPK. Jadi paham betul terkait KPK saat ini," tandas Ujang.
Diberitakan sebelumnya, Ngabalin melalui akun Instagramnya menyebut Busyro Muqoddas berotak sungsang sambil melampirkan tangkapan layar berita online berjudul "Ketua Muhammadiyah: KPK Tamat di Tangan Presiden Jokowi."
"Otak-otak sungsang seperti Busyro Muqoddas ini merugikan Persyarikatan. Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah dan pendidikan umat yang kuat dan berwibawa kenapa harus tercemar oleh manusia prejudice seperti ini. Cocoknya Mas Busyro membuat LSM antikorupsi atau masuk parpol sekalian. Rasanya Anda tidak cocok menjadi pimpinan Muhammadiyah," ucap Ngabalin dikutip dari akun Instagramnya, Jumat (14/5/2021).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajria Anindya Utami