Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rakyat Teriak 'Untuk Hidup Kami', Junta Myanmar Coba Habisi Pemberontakan di Kota Ini

Rakyat Teriak 'Untuk Hidup Kami', Junta Myanmar Coba Habisi Pemberontakan di Kota Ini Kredit Foto: Getty Images
Warta Ekonomi, Naypyidaw -

Pertempuran antara milisi lokal dan pasukan Myanmar terjadi di kota barat laut Myanmar, Mindat, pada Sabtu (15/5/2021). Melalui pertempuran ini, pihak tentara Myanmar berupaya untuk mengakhiri pemberontakan yang bermunculan untuk menentang junta yang saat ini memegang kekuasaan di Myanmar.

Pertempuran di Mindat menegaskan kekacauan yang semakin tumbuh di Myanmar. Kekacauan itu dipicu oleh upaya junta untuk memaksakan otoritasnya dalam menghadapi aksi protes harian, pemogokan, dan serangan sabotase setelah menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

Baca Juga: Negara-negara G7 Capai 3 Komitmen Ini, Ada Soal China hingga Myanmar

"Kami berlari untuk hidup kami," ungkap salah satu warga Mindat kepada Reuters, seperti dilansir Daily Sabah.

Warga tersebut mengatakan ada sekitar 20.000 warga yang terjebak di dalam kota Mindat. Sebagian besar di antaranya adalah anak-anak dan orang tua.

"Tiga keponakan perempuan teman saya terkena pecahan peluru, mereka bahkan belum remaja," jelas warga tersebut.

Junta memberlakukan darurat militer di Mindat pada Kamis lalu meningkatkan serangan terhadap pihak yang mereka sebut sebagai "teroris bersenjata". Akan tetapi, juru bicara tidak memberikan keterangan terkait pertempuran yang terjadi pada Sabtu lalu.

Milisi dari Chinland Defence Force telah ditarik mundur setelah bala bantuan militer maju dengan pengeboman artileri dan serangan helikopter. Hal itu diungkapkan oleh seorang anggota pemerintah lokal yang dibentuk oleh pihak posisi junta.

Pertempuran itu telah memakan korban jiwa dari kalangan sipil. Akan tetapi, tidak bisa dipastikan berapa jumlah warga sipil yang telah menjadi korban.

Dokter Sasa sebagai menteri kerjasama internasional dalam bayangan Pemerintah persatuan Nasional yang dibentuk untuk menyaingi junta turut berkomentar. Dokter Sasa mengatakan ada lima warga sipil yang tewas di Mindat dalam kurun waktu dua hari ini.

Menurut sebuah grup advokasi, setidaknya ada 788 korban yang terbunuh oleh pasukan keamanan junta dalam tindakan keras terhadap kasi protes yang menentang pemerintahannya.

Pihak militer yang membantah angka tersebut memberlakukan pembatasan ketat terhadap media, informasi, dan internet sehingga media tak dapat secara independen memverifikasi jumlah korban dan penangkapan.

Juru bicara junta Zaw Min Tun mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa ada 63 orang yang terbunuh dalam beberapa situasi yang dia sebut sebagai "serangan teroris" oleh pihak oposisi. Saat ini, protes antijunta sudah dilakukan di pusat kota Myanmar dan beberapa kota lain pada Sabtu lalu. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: