Singapura dan Taiwan Jadi Contoh Nyata: Prokes Kendor, Covid-19 Jelas Ngamuk
Yang menjadi sorotan adalah ketika Taiwan melonggarkan persyaratan karantina bagi para pilot maskapai penerbangan yang belum divaksinasi. Semula 14 hari, lalu menjadi lima hari dan kemudian, hanya tiga hari. Tak lama kemudian, muncul ledakan klaster baru terkait kehadiran pilot-pilot China Airlines yang pernah menginap di Novotel di dekat Bandara Taoyuan, 40 kilometer dari barat Taipei.
Banyak dari mereka yang terkait dengan klaster ini kemudian ditemukan terpapar varian Inggris, yang dikenal sebagai B117. Virus tersebut kemudian menyebar ke seluruh komunitas, dan akhirnya menyebar ke "tea houses" Taiwan, tempat hiburan orang-orang dewasa.
"Masyarakat bernyanyi, minum-minum dan melakukan kontak dalam ruangan tanpa pengaturan ventilasi. Ini bukan hanya di satu kedai teh, tetapi juga banyak di kedai lainnya di jalan yang sama sehingga menjadi penyebaran super besar," kata Dr Lin.
Profesor Chen Chien-jen, epidemiolog dan mantan Wakil Presiden Taiwan, mengatakan fakta bahwa banyak orang yang dites positif tidak mau menyatakan mereka telah mengunjungi tea houses sehingga pelacakan kontak menjadi lebih sulit.
"Ini mengingatkan kita bahwa ketika sebagian kecil populasi melanggar aturan, itu akan menyebabkan kebocoran," kata Dr Chen.
Dia juga menambahkan, Taiwan gagal belajar dari kasus industri hiburan bagi orang-orang dewasa di Jepang yang juga merupakan sarang infeksi Covid-19. "Kami tidak belajar dari Jepang dan merefleksikan bahwa Taiwan mungkin memiliki masalah yang sama," katanya.
Menurut Associate Professor Alex Cook dari National University of Singapore (NUS), situasi Taiwan merupakan cerminan dari risiko terlalu menekankan pada kontrol perbatasan tapi tidak tegas mencegah penyebaran di dalam negara.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: