Singapura dan Taiwan Jadi Contoh Nyata: Prokes Kendor, Covid-19 Jelas Ngamuk
Namun di Singapura, ceritanya berbeda. Berbagai tindakan dibatasi secara ketat. Pertemuan publik dibatasi maksimal delapan orang, klub-klub tidak diizinkan dibuka, serta masih ada pembatasan pada pertemuan massal, misalnya pernikahan.
Tetapi masih ada celah dalam penerapan protokol kesehatan. Pada akhir Mei, Bandara Changi Singapura yang juga menawarkan pusat perbelanjaan modern. Tahun ini, pusat perbelanjaan itu telah berubah menjadi klaster Covid terbesar di negara itu.
Pihak berwenang menemukan, sejumlah staf bandara yang terinfeksi bekerja di zona yang menerima para pelancong dari negara-negara berisiko tinggi, termasuk Asia Selatan. Beberapa dari pekerja ini kemudian melanjutkan aktivitasnya dengan makan di food court bandara yang terbuka untuk umum. Tak dapat dipungkiri lagi, penyebaran virus lebih lanjut.
Banyak dari mereka yang terinfeksi varian virus sangat menular yang pertama kali muncul di India. Dikenal dengan, B1617.
Singapura kini juga mengumumkan akan memisahkan penerbangan dan penumpang dari negara dan wilayah berisiko tinggi dengan yang berisiko rendah. Para staf di bandara juga akan dibatasi luasan aktivitasnya dan dipisahkan berdasarkan zona.
Ada pertanyaan secara online yaitu mengapa tindakan seperti itu tidak diambil lebih awal, mengingat potensi celah penyebaran virus itu sudah ada sebulan yang lalu. "Saya mengerti mengapa orang merasa frustrasi karena mayoritas warga Singapura sangat patuh," kata Prof Teo Yik Ying, Dekan NUS School of Public Health.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: