Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

'Beda Nasib Ganjar dan Jokowi Jelang Pilpres'

'Beda Nasib Ganjar dan Jokowi Jelang Pilpres' Kredit Foto: Perpustakaan Nasional
Warta Ekonomi, Jakarta -

Politikus Partai Gerindra, Arief Poyuono, menyinggung perbedaan antara Ganjar Pranowo dan Joko Widodo ketika mulai memasuki Pemilihan Presiden (Pilpres). Arief menyindir perbedaan keberuntungan Ganjar dengan Jokowi.

Jokowi menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) karena menurutnya rakyat ingin sosok yang beda dari SBY. Apalagi saat pemerintahan SBY, masyarakat dipertontonkan kasus korupsi yang banyak dilakukan oleh kader Demokrat.

Baca Juga: Dipersilakan Keluar Kandang PDIP, Ganjar Lempar Bola ke Mega

"Chemistry-nya Ganjar dan Jokowi sama persis senang pencitraan juga. Nah, kita lihat nanti apa rakyat masih ingin model sosok Jokowi lagi atau tidak," kata Arief dalam keterangan pers kepada wartawan, Senin (24/5).

Arief meyakini isu Pilpres 2024 menyoal masih belum pulihnya perekonomian masyarakat yang disebabkan oleh pengaruh dampak Covid-19 yang sangat merusak terhadap ekonomi nasional. Kemudian pendapatan rumah tangga masyarakat dan jumlah pengangguran yang besar.

Arief juga menyoroti masalah utang negara yang menumpuk dan bertambah selama Jokowi memerintah akan memberat perekonomian nasional nantinya. "Maka menurut saya, masyarakat menginginkan sosok Presiden yang bisa membangkitkan perekonomian nasional dan memperbaiki perekonomian rumah tangga masyarakat," ujar Arief.

Selain itu, Arief menduga masyarakat muak dan kesal dengan pejabat negara yang menggunakan fasilitas negara dan kedudukannya melakukan pencitraan untuk siap-siap nyapres. Sementara, hasil kerjanya tak dirasakan rakyat di saat Covid-19.

"Jadi, prediksi saya semua nama-nama tokoh yang saat ini masuk bursa capres tidak akan terpilih sebagai presiden di 2024 mereka layaknya Satrio Pancitroan dalam pentas Ketoprakan," ujar Arief.

Di sisi lain, Arief turut menanggapi Ganjar selaku Gubernur Jateng justru tak diundang dalam kegiatan Ketua DPP PDIP Puan Maharani di Jateng. Ia meyakini hal itu disebabkan gesekan di internal PDIP.

"Terkait Ganjar Pranowo yang tidak diundang dalam acaranya Puan Maharani itu sih sepertinya urusan internal saja. Mungkin benar juga kalau DPP PDI Perjuangan menginginkan Ganjar Pranowo saat ini kerja dan kerja, bukan bekerja tapi sekalian pencitraan," ucap Arief.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: