Revolusi Industri 4.0 Jadi Tantangan Besar Terhadap Kualitas SDM Indonesia, Bagaimana Solusinya?
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Agus Sartono mengatakan kemajuan teknologi di era revolusi industri 4.0 merupakan ancaman besar bagi kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.
Pemanfaatan teknologi informasi yang sangat masif di masyarakat tidak diseimbangi dengan pemahaman literasi digital sehingga terjadi pergeseran nilai-nilai budaya pada masyarakat.
Baca Juga: Kerek Ekspor, Industri Diminta Manfaatkan Perjanjian Perdagangan
"Negara tidak lagi mengenal batas dan informasi dari berbagai negara mudah masuk. Masyarakat mulai terdistraksi sehingga ada pergeseran kesadaran nilai-nilai budaya bangsa dan lunturnya makna keluarga karena adanya teknologi informasi," ujar Agus pada seminar daring bertajuk Pendidikan Indonesia untuk Masa Depan Bangsa dan Kemanusiaan yang diselenggarakan Universitas Indonesia, Rabu (2/6/2021).
Selain pergeseran nilai budaya, produksi dan distribusi hoaks di masyarakat yang semakin masif juga menjadi salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia. Sebagian masyarakat masih kesulitan untuk membedakan informasi yang benar dan salah.
Oleh karena itu, menurut Agus perlu diterapkan sistem pendidikan yang akan menciptakan SDM yang berkarakter dan beradab untuk menghadapi tantangan revolusi industri 4.0.
Agus menjelaskan, untuk dapat membentuk SDM yang berkarakter dan beradab, ada tiga karakter utama yang harus ditanamkan kepada bibit SDM atau anak didik Indonesia, yaitu etos kerja, gotong royong, dan integritas.
Para pendidik harus menanamkan sikap etos kerja kepada setiap anak didik Indonesia. Mereka harus memiliki semangat kerja keras yang lebih mengedepankan proses daripada hasil. "Tidak ada artinya hasil yang baik tapi melanggar proses aturan," katanya.
Kemudian, anak didik Indonesia harus memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya gotong royong yang telah menjadi salah satu nilai budaya di Indonesia selama ini.
Terakhir, mereka harus mengedepankan integritas diri. Menurutnya, integritas lebih tinggi maknanya daripada sekadar jujur. "Jika seseorang bisa membohongi diri sendiri, maka dia akan mudah membohongi orang lain," tutur Agus.
Lebih lanjut Agus mengatakan, setiap anak didik harus memiliki keinginan untuk melakukannya secara berulang-ulang sehingga terbentuk pembangunan karakter yang menerapkan ketiga prinsip tersebut.
Penerapan ini juga perlu dukungan dari setiap tenaga pendidik karena mereka merupakan tokoh penting yang akan menjadi panutan dalam rekayasa pembentukan karakter sosial. Tenaga pendidik yang dimaksud tidak hanya dari sektor formal seperti guru, tapi juga dari sektor informal seperti orang tua dan tokoh masyarakat.
"Pembentukan karakter dalam pendidikan masa depan bangsa perlu didukung dengan adanya sinergi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Saya juga ingin mengajak untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat dalam rangka membentuk karakter dan membangun keadaban," tutup Agus.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: