Lagipula, lanjut anggota DPR itu, setiap kader takkan bisa lebih besar dari partai. Semua kader harus taat dan patuh terhadap keputusan yang telah disepakati bersama oleh partai.
“Namanya banteng, itu tidak ada yang melebihi kandangnya. Itu peringatan untuk semuanya,” katanya.
Kabar renggangnya hubungan Ganjar dengan PDIP muncul setelah Ganjar tak diundang dalam acara penguatan soliditas kader di kantor PDIP Jateng, Sabtu (23/5). Ketua Badan Pemenang Pemilu (Bappilu) PDIP, Bambang Wuryanto menilai, Ganjar sangat ambisi menjadi capres di 2024.
Gara-gara masalah itu, Mega pun mengingatkan kepada para kadernya untuk tetap mematuhi arahan partai. Mega mempersilakan para kadernya untuk keluar atau mundur jika tidak mau menaati arahan partai.
Bagaimana penilaian pengamat? Pengamat Politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menilai, pernyataan Ganjar soal tidak majunya sebagai capres 2024 merupakan langkah yang tepat. Ganjar dinilai takkan sanggup melawan elit di PDIP.
“Jiperlah dia. Makanya dia bilang begitu,” katanya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Namun begitu, pernyataan Ganjar itu dapat membuat konfliknya dengan PDIP mereda. Hubungannya dengan PDIP kembali membaik.
Namun, apakah Ganjar benar-benar menghentikan mesin tim pencapresannya? “Belum tentu,” kata Hendri. Ganjar akan tetap menjaga popularitas dan elektabilitasnya hingga Pilpres 2024.
Kata Hendri, ada dua yang mesti dilakukan Ganjar. Pertama, menjaga hubungan dengan PDIP. Kedua, membuktikan kinerjanya sebagai Gubernur Jateng.
“Sebab, di periode kedua saja dia hampir kalah oleh Sudirman Said. Sekarang, dia juga mulai kalah pamor dengan Wali Kota Semarang karena belum ada kerja nyata darinya,” cetusnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq