Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sawit: Minyak Jelantah Bisa Jadi Berkah

Sawit: Minyak Jelantah Bisa Jadi Berkah Kredit Foto: (Foto : Boldsky)
Warta Ekonomi, Jakarta -

Minyak jelantah merupakan minyak sisa penggorengan yang biasanya hanya menjadi limbah rumah tangga. Sebagai limbah, minyak jelantah tidak bisa diolah lagi untuk dikonsumsi karena mengandung racun yang dapat menyebabkan pernyakit-pernyakit kronis, tetapi sangat cocok dijadikan bahan bakar kendaraan diesel.

Rumah Sosial Kutub telah menginisiasi gerakan sedekah minyak jelantah sejak 2018 lalu. Hingga saat ini, aksi mengumpulkan minyak jelantah tersebut telah menyebar ke banyak kota mulai dari Jabodetabek, Tegal, Cirebon, hingga Yogyakarta.

Baca Juga: Hmmm… Sikap Eropa terhadap Sawit Itu Lucu Yaa

Pada 2020, minyak jelantah yang terkumpul secara kolektif dari warga di Jabodetabek mencapai 100 ribu liter. Skema penjemputan minyak jelantah dilakukan sesuai pesanan. Masyarakat mengumpulkan minyak jelantah minimal lima dirigen ukuran 18 liter. Jika dirigen sudah penuh, petugas dari Rumah Sosial Kutub akan menjemput limbah tersebut.

Dana itu dipakai untuk program sosial pemberdayaan masyarakat, bantuan rumah ibadah, hingga santunan anak yatim piatu. Minyak jelantah yang terkumpul dari warga kemudian diekspor ke Eropa untuk diolah menjadi bahan bakar alternatif berupa Biodiesel 100 persen (B100).

Harga minyak jelantah dibandrol Rp8.000 per liter, setelah menjadi B100 harganya naik menjadi Rp22.000 per liter. "Di Eropa sangat gencar penggunaan bahan bakar rendah emisi. B100 masuk dalam katagori emisi karbon paling rendah," kata kepala program sedekah minyak jelantah dari Rumah Sosial Kutub, Afiq Hidayatullah.

Perlu diketahui, biodiesel merupakan bahan bakar nabati yang terdiri dari campuran senyawa methyl ester dari rantai panjang asam lemak yang diperuntukkan sebagai bahan bakar alternatif mesin diesel. Sejauh ini, Indonesia belum memanfaatkan potensi minyak jelantah secara maksimal untuk bahan baku pembuatan biodiesel, tetapi masih mengunakan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).

Implementasi kebijakan mandatori pemanfaatan bahan bakar nabati telah menciptakan pasar biodiesel di Indonesia yang tumbuh signifikan terhitung sejak awal riset pada 2008–2020. Data Kementerian ESDM mencatat, volume produksi biodiesel dalam negeri mencapai 8,5 juta kiloliter.

Sepanjang 2021, pemerintah menargetkan angka penyaluran biodiesel sebanyak 9,2 juta kiloliter yang bertujuan menjaga stabilitas harga sawit di dalam negeri. Keberhasilan implementasi biodiesel sekaligus menempatkan posisi Indonesia sebagai negara yang diperhitungkan dalam pasar biodiesel dunia melampaui Amerika Serikat, Brasil, hingga Jerman.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: