Gegara Masukkan China dalam Daftar Lawan Nomor Wahid, Bos Pentagon Susun Strategi Ini
Amerika Serikat (AS) telah memfokuskan China sebagai lawan utamanya. Sementara, China menuding AS belum move on dari mental Perang Dingin. Demi menghadapi China, Departemen Pertahanan AS (Pentagon) telah menyusun strategi.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin meminta dilakukannya percepatan pengembangan militer. Pentagon juga akan mengidentifikasi apa kekurangan dan kelebihan angkatan bersenjata China, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).
Baca Juga: Pengaruh Amerika Turun, China Ambil Kesempatan Dekati ASEAN Perkuat Kerja Sama Vaksin
Gugus Tugas itu dipimpin Ely Ratner. Mantan Ajudan Utama Presiden AS Joe Biden ini ditunjuk sebagai pejabat tinggi Pentagon untuk urusan Asia-Pasifik.
Pentagon hanya merilis beberapa rincian tentang temuan Gugus Tugas itu yang telah berjalan empat bulan.
Sedangkan tantangan mendesak dari China, antara lain perluasan angkatan lautnya, upaya untuk melakukan kontrol yang lebih besar atas Laut China Selatan, dan meningkatkan ancaman terhadap Taiwan, yang merupakan mitra AS.
“Tujuan kami untuk mempercepat pengembangan strategi dan teknologi perang baru. Memperbarui rencana untuk pasukan AS di Pasifik. Dan membuat tenaga kerja Pentagon lebih siap menghadapi tantangan China. Termasuk memperbarui pendidikan dan latihan,” demikianpernyataan Austin, dilansir Wall Street Journal.
Merespons kebijakan tersebut, Kedutaan Besar China di Washington DC mengatakan, Beijing berkomitmen membagun perdamaian.
“Tinggalkan Perang Dingin yang usang dan mentalitas zero-sum, dan melihat perkembangan China dan hubungan China dengan AS secara rasional,” demikian pernyataan Kedutaan Besar China.
Jika itu dilakukan, tentu dapat menghindari rusaknya hubungan bilateral dan kerja sama secara keseluruhan di bidang-bidang penting.
Sebelumnya, US Congressional Research Service (CRS) mengeluarkan laporan, bahwa PLA kurang pengalaman dalam bertempur.
“Pejabat PLA sering merujuk pada endemik ‘penyakit perdamaian’ di pasukan, dan khawatir bahwa pasukan yang belum pernah melihat pertempuran akan berpuas diri dan berjuang untuk mempertahankan kesiapan,” bunyi laporan yang diterbitkan oleh CRS, sebuah organisasi Kongres AS sejak 1914, seperti dikutip dari Sputnik, Selasa (8/6/2021).
Laporan tersebut mencatat bahwa PLA terakhir melakukan perang skala penuh pada tahun 1979, ketika PLA melancarkan serangan terhadap tetangga selatan China, Vietnam.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto