Nasib Benjamin Netanyahu Tamat, Kabar Gembira untuk Palestina?
Akan tetapi sebagian besar dan basis pemilih loyal Netanyahu, kepergian "Raja Bibi" seperti yang disebutkan segelintir orang, kemungkinan sulit untuk diterima. Pendukungnya geram atas apa yang mereka lihat saat negara itu mendepak seorang pemimpin yang berdedikasi untuk keamanan dan benteng melawan tekanan internasional untuk setiap langkah yang dapat mengarah ke negara Palestina, bahkan saat ia mempromosikan kesepakatan diplomatik dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko dan Sudan.
Namun, tak ada satupun dari langkah itu atau peran yang ia lakonkan dalam mengamankan vaksin COVID-19 untuk kampanye vaksinasi negara tersebut, cukup memberikan suara kepada partai Likud Netanyahu untuk mengamankan masa jabatan keenamnya.
Benett secara khusus menuai kemarahan dari dalam kubu sayap kanan lantaran melanggar janji kampanye dengan bergabung bersama Lapid. Ia membenarkan langkah itu dengan mengatakan pemilu yang lain, yang kemungkinan akan digelar jika tidak ada pemerintah yang dibentuk, yang bakal menjadi bencana bagi Israel.
Baik dirinya maupun Lapid mengaku mereka ingin menjembatani perpecahan politik dan menyatukan warga Israel di bawah pemerintahan yang akan bekerja keras untuk seluruh warga negaranya.
Kabinet mereka menghadapi tantangan diplomatik, keamanan dan keuangan yang sangat berat: Iran, gencatan senjata yang lemah dengan milisi Palestina di Gaza, penyelidikan kejahatan perang oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC) serta pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19.
Selain itu, partai koalisi campur aduk mereka hanya menguasai mayoritas tipis di parlemen, 61 dari 120 kursi Knesset, dan masih harus bersaing dengan Netanyahu - yang yakin akan menjadi kepala oposisi yang agresif. Dan tidak ada yang mengesampingkan kembalinya Netanyahu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto