Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

PDIP Tak Tergoda Elektabilitas Tinggi, Makin Keras: Ngotot Nyapres, Ganjar Silakan Pergi!

PDIP Tak Tergoda Elektabilitas Tinggi, Makin Keras: Ngotot Nyapres, Ganjar Silakan Pergi! Ganjar Pranowo | Kredit Foto: Instagram/Ganjar Pranowo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kelompok yang anti-Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dari internal PDIP makin bertambah banyak. Para kader rame-rame memperingatan Ganjar agar tak ngotot nyapres. Kalau masih ngeyel, pilihannya cuma 1, Ganjar silakan hengkang dari partai.

Selama ini, hanya Ketua Bappilu PDIP Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul yang paling keras terhadap Ganjar. Beberapa kali, Ketua DPD PDIP Jawa Tengah itu mempersilakan Ganjar untuk hengkang dari partai jika tetap ingin maju sebagai capres di Pilpres 2024.

Baca Juga: Mas Ganjar Mau Didukung PKS, Eh Denny Ngakak: Lucunya Kelewatan..

Sikap Bambang Pacul yang keras terhadap Ganjar itu mulai diikuti kader PDIP lainnya. Kali ini yang bicara adalah Ketua Fraksi PDIP di DPR, Utut Adianto. Senada dengan Bambang Pacul, Utut mengingatkan Ganjar untuk tak melupakan tugas yang diberikan partai. Kata dia, Ganjar itu petugas partai untuk posisi gubernur, bukan cawe-cawe ingin maju sebagai capres.

"Kalau mau maju dipersilakan dari partai lain. Udah dijawab sama Mas Pacul. Nggak boleh ngulang lagi," kata Utut di Komplek Parlemen, Jakarta, kemarin.

Sebagai orang yang dibesarkan oleh PDIP, Utut meminta Ganjar mengukur diri. Perintah yang diberikan PDIP kepada Ganjar sebagai gubernur. Tidak perlu mematok diri lebih awal sebagai calon presiden.

"Jadi hemat saya jalan terbaiknya semua periksa diri masing-masing, kita konsentrasi dengan penugasan dari partai. Kalau Ganjar sekali lagi tugasnya apa, Gubernur Jawa Tengah. Selesain itu," tegasnya.

Pernyataan yang tidak kalah keras juga dilontarkan politisi PDIP Andreas Hugo Pareira. Dia meminta Ganjar tak besar kepala hanya karena elektabilitasnya versi sejumlah lembaga survei di posisi teratas.

Meski Ganjar elektabilitasnya tinggi, lanjut dia, Ganjar tak punya kuasa dalam pencalonan presiden. Menurutnya, tak hanya di PDIP, bahkan di semua parpol keputusan berada di tangan Ketua Umum. "Di PDIP, Ketum itu punya hak prerogatif untuk memutuskan hal-hal yang sangat strategis," kata dia.

Meski begitu, Andreas tak menampik, Ganjar memiliki modal politik untuk maju di pilpres mendatang. Namun, dia menilai Ganjar masih dikenal di seputar masyarakat Jawa Tengah. "Sementara di desa-desa atau di pedalaman, Pak Ganjar belum dikenal bila dibandingkan dengan Pak Prabowo, Ridwan Kamil, bahkan dengan Pak Sandi Uno," kata dia.

Apa tanggapan Ganjar? Meskipun diserang habis-habisan oleh rekan separtainya, Ganjar tetap tidak mau membalas. Dia menegaskan, saat ini fokus dengan tugas partai sebagai gubernur. "Tugas (Gubernur) belum selesai. Jangan mikir yang lain dulu," kata Ganjar.

Eks Wakil Ketua Komisi II DPR ini mengaku, masih banyak tugas yang harus dia selesaikan sebagai Gubernur Jawa Tengah. Apalagi, kasus Covid-19 terus meningkat dalam beberapa pekan terakhir. "Sikap saya? Selesaikan tugas sebagai Gubernur Jateng dan urus Covid yang lagi naik karena adanya varian baru," jelas Ganjar.

Baca Juga: Satu Tahun Jadi Juru Bicara: Ini Bukan tentang Angka

Baca Juga: Ahli Virologi dan Molekuler Biologi: Semua Vaksin Covid-19 Aman dan Sudah Diuji

Mungkinkah Ganjar hengkang dari PDIP dan nyapres dari partai lain? Lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) membuka peluang itu. Dalam survei SMRC terbaru, Ganjar disebut berpeluang diusung partai lain dan punya peluang menang besar di Pilpres 2024.

Manajer Program SMRC, Saidiman Ahmad, mengatakan, dalam survei terbarunya, elektabilitas Ganjar berada di posisi teratas sebagai capres mengalahkan Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. "Ganjar mendapat suara 35,3 persen, Prabowo 30,8 persen, dan Anies 25,5 persen," ujar Saidiman dalam paparannya.

Menurut Saidiman, bila PDIP akhirnya mengusung duet Prabowo-Puan di Pilpres 2024, peluang Ganjar untuk menang masih sangat terbuka. Berdasarkan surveinya, dukungan terhadap Ganjar juga berasal dari partai lain seperti dari PKB sebesar 68 persen, Demokrat 40 persen, partai non-parlemen (46 persen), dan yang menyatakan "belum tahu" memilih partai mana (31 persen).

Selain itu, Ganjar, katanya, juga mendapat suara lebih baik dari pemilih NasDem dibandingkan Anies. Sekitar 27 persen pemilih NasDem menyatakan mendukung Ganjar, dan hanya 21 persen yang menyatakan mendukung Anies.

"Dengan demikian terlihat bahwa peluang Ganjar masih tetap besar kalaupun tidak dipilih sebagai calon oleh PDIP," kata dia.

Tak hanya itu, Saidiman juga memaparkan, Ganjar unggul dalam kelompok pemilih yang puas dengan kinerja Jokowi sebesar 43,9 persen. Kandidat lainnya, Prabowo dan Anies, justru unggul di kelompok yang tidak puas dengan kinerja Jokowi.

Sementara itu, Politisi PKS Nabil Ahmad Fauzi membuka peluang bagi partainya mengusung Ganjar di Pilpres 2024 bila tidak dicalonkan dari PDIP. "PKS tetap membuka kemungkinan calon dari eksternal. Beberapa nama figur eksternal memang muncul. Selain Anies Baswedan, juga Ganjar dan AHY," kata Nabil.

Nabil menyampaikan, PKS bersedia mengusung capres nonkader dengan tiga pertimbangan. Pertama, koalisi partai pengusung memenuhi ambang batas pencalonan presiden. Kedua, tingkat keterpilihan capres-cawapres. Selain itu, PKS mensyaratkan kesepakatan antarpartai pengusung calon.

"Kami masih membuka pintu untuk dialog dengan tokoh mana pun. PKS belum menutup pintu bagi tokoh yang ingin didukung di Pilpres 2024," ujarnya.

Baca Juga: Satu Tahun Jadi Juru Bicara: Ini Bukan tentang Angka

Baca Juga: Ahli Virologi dan Molekuler Biologi: Semua Vaksin Covid-19 Aman dan Sudah Diuji

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: