Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Iran Lontarkan Tuduhan Campur Tangan Amerika dalam Pemilunya, Cukup Keras dan Buktinya...

Iran Lontarkan Tuduhan Campur Tangan Amerika dalam Pemilunya, Cukup Keras dan Buktinya... Kredit Foto: Reuters/West Asia News Agency/Majid Asgaripour
Warta Ekonomi, Teheran -

Iran menuduh Amerika Serikat (AS) melakukan campur tangan terhadap proses pemilihan presiden yang baru saja digelar. Tuduhan meluncur lantaran AS mengatakan pemilu Iran tidak bebas dan tidak adil. Faksi-faksi politik saling menyalahkan atas rekor jumlah pemilih yang sedikit dan banyaknya surat suara yang tidak sah.

Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada Senin (21/6/2021) bahwa Washington memandang proses yang membuat Ebrahim Raisi menjadi presiden terpilih Iran sebagai "cukup dibuat-buat". Hal itu menegaskan kembali pandangan AS bahwa pemilihan tersebut tidak bebas dan tidak adil.

Baca Juga: Rezim Baru Pemerintah Iran Bikin Pernyataan Menggetarkan: Kesepakatan Nuklir di Wina Hampir Dicapai

Al Jazeera melaporkan, Teheran menolak kritik itu. "Kami menganggap pernyataan ini sebagai campur tangan urusan dalam negeri kami. Bertentangan dengan hukum internasional dan kami menolaknya," kata juru bicara pemerintah Iran Ali Rabiei seperti dikutip media pemerintah.

"Washington tidak memiliki wewenang untuk mengungkapkan pandangan tentang pemilihan di negara lain," kata Ali.

Pada pemilihan presiden lalu, lebih dari separuh pemilih yang memenuhi syarat enggan menggunakan hak suara. Jumlah pemilih dalam kontestasi empat kandidat ini berada di rekor terendah, yaitu sekitar 48,8 persen.

Ada sekitar 3,7 juta surat suara yang dinyatakan tidak sah karena kosong atau dianggap sebagai suara protes. Ini merupakan angka tertinggi sepanjang masa.

Harian garis keras Kayhan mengatakan, jumlah pemilih terendah dalam empat dekade terjadi karena kesengsaraan ekonomi Iran. Terkait hal itu, sebagian besar masyarakat disebut menyalahkan pemerintahan Presiden Hassan Rouhani sebelumnya yang pragmatis.

Enggan bertemu

Presiden terpilih Raisi mengisyaratkan tidak akan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam keadaan apa pun. Termasuk jika Washington memenuhi tuntutan Teheran dalam negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 yang berlangsung di Wina, Austria.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: