Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Senator Muslimah Ini Lantang Suarakan Kutukan pada Biden atas Serangan Amerika ke Iran

Senator Muslimah Ini Lantang Suarakan Kutukan pada Biden atas Serangan Amerika ke Iran Kredit Foto: Reuters/Eric Miller
Warta Ekonomi, Washington -

Senator Ilhan Omar mengutuk serangan udara Amerika Serkat (AS) terhadap milisi yang didukung Iran di dekat perbatasan Irak-Suriah pada Minggu (27/6/2021), yang menewaskan sedikitnya tujuh pejuang.

Pemboman itu terjadi sehari sebelum presiden baru Israel dijadwalkan untuk mengunjungi Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih. AS melakukan tiga serangan udara terhadap target Iran di perbatasan --dua mendarat di Suriah dan yang lainnya mendarat di Irak.

Baca Juga: Langkah Bahaya Biden Serang Irak-Suriah Dipertanyakan Orang Senat Amerika

"Siklus kekerasan dan pembalasan yang terus-menerus ini adalah kebijakan yang gagal dan tidak akan membuat kita lebih aman," kata Omar dalam sebuah posting Twitter.

"Kongres memiliki wewenang atas Kekuatan Perang dan harus dikonsultasikan sebelum eskalasi apa pun," sambungnya, seperti dikutip dari Newsweek, Selasa (29/6/2021).

Omar telah dikritik sebelumnya karena berbicara menentang serangan terhadap Iran dan mengutuk sanksi AS terhadap negara itu. Dalam sebuah pernyataan pada Minggu (27/6/2021) malam, Pentagon menjelaskan mengapa mereka melakukan serangan tersebut.

"Atas arahan Presiden Biden, pasukan militer AS awal malam ini melakukan serangan udara presisi defensif terhadap fasilitas yang digunakan oleh kelompok milisi yang didukung Iran di wilayah perbatasan Irak-Suriah," kata Sekretaris Pers Pentagon John Kirby.

“Target dipilih karena fasilitas ini digunakan oleh milisi yang didukung Iran yang terlibat dalam serangan kendaraan udara tak berawak (UAV) terhadap personel dan fasilitas AS di Irak. Secara khusus, serangan AS menargetkan fasilitas operasional dan penyimpanan senjata di dua lokasi di Suriah. dan satu lokasi di Irak, yang keduanya terletak dekat perbatasan antara negara-negara tersebut. Beberapa kelompok milisi yang didukung Iran, termasuk Kata'ib Hezbollah (KH) dan Kata'ib Sayyid al-Shuhada (KSS), menggunakan fasilitas ini," papar Kirby.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah kelompok yang berbasis di Inggris yang memantau dengan cermat konflik Suriah, melaporkan bahwa setidaknya tujuh anggota milisi Irak tewas dalam serangan udara tersebut.

Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi mengeluarkan pernyataan tertulis pada hari Senin mengutuk serangan itu.

"Kami mengutuk serangan udara AS yang menargetkan sebuah situs tadi malam di perbatasan Irak-Suriah, yang merupakan pelanggaran terang-terangan dan tidak dapat diterima terhadap kedaulatan Irak dan keamanan nasional Irak," katanya.

Komandan Angkatan Laut Jessica McNulty mengatakan kepada USA Today pada Minggu (27/6/2021) bahwa sejak April, milisi Iran telah meluncurkan serangan pesawat tak berawak ke fasilitas dan bangunan yang digunakan oleh AS dan sekutunya setidaknya lima kali. Dia mengatakan serangan baru-baru ini dimaksudkan untuk menghancurkan kelompok-kelompok milisi, yang katanya juga menembakkan roket ke sasaran AS.

"Penghapusan mereka akan mengganggu dan menurunkan kapasitas operasional kelompok milisi dan mencegah serangan tambahan," kata McNulty.

Kirby menambahkan bahwa serangan itu untuk melindungi personel, fasilitas, dan "kepentingan" AS di wilayah tersebut.

"Seperti yang ditunjukkan oleh serangan malam ini, Presiden Biden sudah jelas bahwa dia akan bertindak untuk melindungi personel AS," katanya.

“Mengingat serangkaian serangan yang sedang berlangsung oleh kelompok-kelompok yang didukung Iran yang menargetkan kepentingan AS di Irak, Presiden mengarahkan tindakan militer lebih lanjut untuk mengganggu dan mencegah serangan tersebut. Kami berada di Irak atas undangan Pemerintah Irak dengan tujuan tunggal untuk membantu pemerintah Irak. Pasukan Keamanan Irak dalam upaya mereka untuk mengalahkan ISIS. Amerika Serikat mengambil tindakan yang diperlukan, tepat, dan disengaja yang dirancang untuk membatasi risiko eskalasi - tetapi juga untuk mengirim pesan pencegahan yang jelas dan tidak ambigu."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: