- Home
- /
- EkBis
- /
- Agribisnis
Berlangsung 5 Tahun, Indonesia-Belanda Sepakat Perluas Kerja Sama Sawit Berkelanjutan
Pemerintah Indonesia dan Belanda sepakat untuk memperluas kerja sama di bidang kelapa sawit berkelanjutan dan minyak nabati lainnya.
Terkait hal ini, Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi mengatakan, sejauh ini kedua negara telah melakukan kerja sama produksi kelapa sawit berkelanjutan, dengan memberikan program pengembangan kapasitas bagi petani-petani di Sumatera dan Kalimantan.
Baca Juga: Pandu Operasi Hulu Sawit Indonesia dan Malaysia, Wilmar Lakukan Uji Coba Ini
Program senilai €5 juta (sekitar Rp86,2 miliar) dan berlangsung dari 2019 – 2023 ini bertujuan mendukung para petani kecil untuk memenuhi sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).
“Ke depannya, kerja sama ini akan diperluas untuk juga mencakup minyak nabati lainnya dalam konteks kontribusi terhadap SDGs 2030,” kata Retno dalam pengarahan media daring dari Den Haag, Belanda, pada Kamis (2/7/2021).
Dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Belanda, Sigrid Kaag, Retno juga membahas penyelenggaraan bersama sebuah seminar mengenai minyak nabati dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030, serta studi dan riset bersama terkait minyak nabati berkelanjutan dengan partisipasi dari swasta, institusi akademik, dan lainnya.
“Pesan kita mengenai fair treatment untuk sawit sangat dipahami dan kita akan melakukan kerja sama yang lebih luas dalam konteks vegetable oils dan SDGs. Dua usulan kerja sama dari Indonesia berupa riset dan seminar mengenai vegetable oils dan SDGs akan ditindaklanjuti segera,” kata Retno.
Perlu diketahui, Belanda merupakan salah satu importir terbesar kelapa sawit Indonesia di Uni Eropa. Sebanyak 15 persen ekspor Indonesia ke Belanda merupakan minyak kelapa sawit dan produk turunannya.
Selain itu, Belanda juga merupakan negara tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia di Eropa dengan nilai perdagangan US$3,1 miliar (sekitar Rp45 triliun) pada 2019. Dalam investasi, Belanda menjadi investor kedua terbesar di Eropa setelah Swiss dengan nilai US$1,4 miliar (sekitar Rp20,4 triliun) pada 2020.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: