Dia mengaku masih berpandangan positif dan meyakini bahwa utang jumbo era Jokowi yang saat ini digunakan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur.
Untuk itu, Herry berharap calon presiden berikutnya harus bisa memberi solusi konkret penyelesaian utang negara.
"Pemerintahan saat ini berutang jumbo mempercepat pembangunan infrastruktur yang dirasakan nyata. Jadi jika capres 2024 hanya ingin menjabat saja dan tidak mau ikut memikirkan solusi utang pemerintah saat ini, anak alay dan ABG juga bisa daftar capres 2024," sindirnya.
"Tahun 2024 itu tantangannya berat. Potensi bom waktu pengangguran generasi milenial X dan Y di era 2024-2029, karena krisis ekonomi-sosial dan inflasi tinggi pascapandemi yang siap menerkam negara manapun yang gagal mengelola utang dan neracanya, diperberat lagi jika Trade War China dan USA belum reda," ungkapnya.
Lebih lanjut, dosen FISIP UI ini menilai syarat capres 2024 bukan sekadar mempunyai modal kampanye Rp5 trliiun sampai Rp10 triliun, plus visi-misi utopis "too good to be true". Tetapi setelah memenangkan pilpres bukan menjadi bagian solusi, bahkan capres setelah terpilih menjadi sumber masalah baru dengan jalan menambah utang baru ribuan triliun dengan alasan demi rakyat dan menutupi utang pemerintah sebelumnya.
"Hai milenial wake up, buka mata hati dan pikiran, bukan eranya lagi milih capres 2024 karena ganteng, dizalimi, gagah, dan alim. Tapi setelah jadi presiden malah negara berutang lebih banyak di 2024-2029,” ujarnya. "Atau parahnya presiden yang Anda pilih di 2024 malah menaikkan pajak kalian semua saat ngopi ke kafe, makan di warteg, atau berbelanja online shop dan minimarket dan pajak-pajak lain menutupi defisit APBN dan bayar utang," ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajria Anindya Utami