Menteri Koordinator Maritim dan Investasi atau Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan dinilai tak patut meminta Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk duduk manis dan hanya sesekali lempar kritik ke pemerintah. SBY dianggap masih punya hak bersuara dan mengkritisi.
Hal itu disampaikan Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin menanggapi pernyataan Luhut soal ketersinggungan dan gaya kritik SBY.
"Tak bagus juga jika LBP (Luhut Binsar Panjaitan) minta SBY duduk manis. Setiap warga negara termasuk SBY berhak untuk bersuara dan berhak juga untuk kritis," kata Ujang kepada Suara.com, Kamis (29/7/2021).
Baca Juga: Heboh Disuruh Diam oleh Luhut, SBY Kirim Doa untuk Pemerintah Lewat Twitter, Isinya Masya Allah...
Ujang mengatakan, jika negara dalam kondisi yang tak baik setiap warga negara berhak mengingatkan lewat kritik misalnya. Termasuk SBY juga wajar dinilai bersikap kritis.
"Jika kita diam melihat kebobrokan, maka kita dianggap tak punya nurani. Diam ketika melihat negara dalam keterpurukan, itu juga bisa dianggap tak sensitif pada penderitaan rakyat," ujarnya.
Sementara terkait dengan SBY yang diminta seperti BJ Habibie, Ujang mengatakan, setiap mantan presiden mempunyai sikap dan gayanya masing-masing.
"Pak Habibie dalam diamnya itu juga pilihan. Dan mungkin dengan diamnya, itu juga pilihan terbaik. Apa yang dilakukan SBY juga dengan sikapnya itu pilihan, pilihan atas kegelisahan atas kondisi bangsa yang dianggap tak baik-baik saja," tuturnya.
SBY Disinggung Luhut
Sebelumnya, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan pernah dikritik oleh SBY soal gaya komunikasinya yang dinilai keras dan terkesan mengancam. Luhut menilai apa yang disampaikan SBY itu sah saja, namun menteri Jokowi ini merasa tidak pernah mengancam siapapun.
Luhut mempersilakan SBY atau siapapun untuk menilai cara dia berkomunikasi. Namun Luhut merasa dia tidak berupaya menyerang rakyat yang kritik. Hal ini terungkap dalam acara Double Check Kick Andy Metro TV, Minggu 25 Juli 2021.
Ia menjawab soal permintaan SBY agar pemerintah kurangi nada komunikasi yang mengancam. Luhut merasa gaya komunikasinya memang keras, itu adalah bawaan karakternya.
"Saya enggak temperamental kok, gaya Batak memang begini apalagi saya tentara lagi. Saya enggak merasa aneh, silakan dia (SBY) ngomong begitu. Saya ini care dengan banyak orang, lihat saja mana ada yang peduli nyapa anak buahnya. Saya ini keras terhadap pendirian saya," kata Luhut dikutip dari hops.id, jejaring media Suara.com, Senin (26/07).
Luhut dan SBY sama-sama lulusan Akademi Militer. Namun, SBY sebenarnya merupakan junior Luhut. Meskipun begitu, Luhut merasa enggak ada masalah soal etika kok, misalnya junior mengkritik seniornya secara terang-terangan.
Baca Juga: Geger Rumah Ibas Putra Bungsu SBY Disegel KPK, Benarkah?
"Ya dia kan mantan presiden, kita hormati lah. Saya enggak ada keberatan, saya bilang ke Pak Bambang (SBY) oke-oke lah hak beliau. Tapi semua hanya titip saja, pemimpin kalau selesai eranya, ya seperti Pak Habibie lah, mau duduk manis datang sekali-sekali kritik boleh lah. Tak perlu lah merasa yang berkuasa saat ini di bawah kita," ujarnya.
Meskipun begitu, Luhut kembali menegaskan bahwa pernyataannya tersebut tidak mengkritik SBY. Dia hanya ingin menegaskan posisi dan sikapnya setelah dikritik langsung oleh SBY.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti