Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Berada di Urutan Pertama Ekspor Non-Migas, CPO: Penolong APBN

Berada di Urutan Pertama Ekspor Non-Migas, CPO: Penolong APBN Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Melewati pekan IV Juli 2021, harga rata-rata minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) pada CIF Rotterdam basis tercatat menguat 78 persen dari yang sebelumnya US$706 per MT atau setara dengan Rp10.237.000 (kurs Rp14.500) menjadi US$1.257 per MT atau setara dengan Rp18.226.500 per MT (kurs Rp14.500) secara y-o-y.

Jika dibandingkan pekan lalu, average price yang tercatat tersebut menguat 5,5 persen dari yang sebelumnya sebesar US$1.191 per MT atau setara dengan Rp17.269.500 per MT (kurs Rp14.500). Meski penyebaran pandemi Covid-19 masih masif di Indonesia, harga rata-rata CPO tersebut berada jauh di atas level harga threshold yang sebesar US$750 per MT.

Baca Juga: Pekan III Juli 2021: Pembatasan Aktivitas Tak Mampu Batasi Gerak Harga CPO

Tidak hanya itu, harga CPO saat ini juga menjadikan harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani meningkat. Kenaikan harga terjadi di tengah kenaikan nilai ekspor CPO Indonesia per Mei, yang mencapai US$3 miliar.

Kenaikan harga ini CPO berdampak positif bagi Indonesia, karena CPO merupakan salah satu komoditas andalan ekspor. Sepanjang semester I-2021, ekspor lemak dan minyak hewan/nabati (yang didominasi CPO) tercatat US$14,08 miliar.

Jumlah ini adalah 14,51 persen dari total ekspor non-migas dan berada di urutan pertama. Tidak hanya itu, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga terbantu dengan kenaikan harga CPO. Penerimaan Bea Keluar (BK) per akhir Juni 2021 tercatat senilai Rp13,17 triliun, melonjak 887,69 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

"Kinerja BK sampai dengan 30 Juni 2021 tumbuh signifikan 887,69 persen (y-o-y), didorong penerimaan kinerja komoditas tembaga dan produk kelapa sawit. Penerimaan BK mencapai Rp13,17 triliun atau 736,35 persen dari target APBN 2021.

Penerimaan BK Tembaga tumbuh 262,52 persen (y-o-y) didukung peningkatan volume ekspor dan harga tembaga, serta penerimaan BK dari produk kelapa sawit yang tumbuh 26 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun 2020, yang dipengaruhi oleh tarif BK yang lebih besar di 2021 dan pengenaan BK pada produk turunannya (pengaruh tingginya harga referensi CPO)," seperti tercatat dalam laporan APBN Kita edisi Juli 2021.

Selain dari BK, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga terdongkrak. Per 30 Juni 2021, penerimaan Badan Layanan Umum (BLU) dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mencapai Rp39,07 triliun atau mengalami kenaikan 459,3 persen y-o-y.

Kendati demikian, kenaikan harga CPO yang sudah begitu tinggi menyimpan risiko yaitu koreksi teknikal. Akan sangat wajar bagi investor untuk mencairkan keuntungan yang memang sudah tinggi.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: