Jadi Tulang Punggung Ekonomi Negara, Menkop Ungkap Baru 22% UMKM Go Digital di Masa Pandemi
Kondisi pandemi yang menyebabkan perlu diadakannya pembatasan sosial tentunya berdampak pada UMKM terutama yang bergantung pada mobilitas masyarakat. Padahal, menurut Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Fikri Satar, keberadaan UMKM mencakup 99,9% dari seluruh populasi yang ada di Indonesia.
"64 juta UMKM di Indonesia, 99,9% dari seluruh populasi usaha yang ada di Indonesia, menyerap 97% tenaga kerja atau setara dengan 130 juta tenaga kerja, berkontribusi 60% lebih terhadap PDB nasional. Kontribusinya dari sisi ekonomi jelas UMKM ini tulang punggung ekonomi Indonesia," kata Fikri dalam webinar Narasi Newsroom, Jumat (30/7/2021).
Baca Juga: Branding, Rahasia Sukses UMKM Memenangkan Persaingan
Dalam situasi pandemi ini, Fikri meyakini cara yang dapat dilakukan para pelaku UMKM agar dapat bertahan ialah melakukan transformasi digital atas usahanya. Sebab, digitalisasi memungkinkan akses pasar dilakukan tanpa melakukan kontak fisik.
Namun, kata Fikri, hanya sedikit UMKM di Indonesia yang telah memasuki ekosistem digital. "14,5 juta UMKM yang on-board di marketplace, atau setara 22% total popoulasi UMKM," ungkapnya.
Tak hanya itu, tantangan lain yang perlu dihadapi dalam sektor UMKM adalah minimnya pelaku usaha yang berhasil masuk ke rantai pasok industri melalui kegiatan ekspor. Menurut Fikri, baru sekitar 14% UMKM Indonesia yang masuk ke rantai pasok. "Ini terus menurun sejak krisis moneter 98 itu sempat mencapai angka 20%," imbuhnya.
Fikri juga mengungkapkan pentingnya peran UMKM dari aspek kewirausahaan. Ia mengatakan, syarat sebuah negara bisa dikatakan negara maju ialah rasio kewirausahaan negara yang berada di atas 4%. Sementara, rasio kewirausahaan di Indonesia sendiri baru sebesar 3,4%.
Berdasarkan beberapa aspek yang telah disebutkan sebelumnya, kehadiran UMKM menjadi penting untuk seluruh indikator perekonomian Indonesia. Oleh sebab itu, Fikri mengatakan pemerintah dan stakeholders perlu menyiapkan UMKM masa depan yang siap beradaptasi dan bertransformasi terhadap dua disrupsi.
"Disrupsi pandemi yang mengubah seluruh konteks, bukan hanya tren pasar (tetapi juga) perilaku masyarakat dan seterusnya. Kedua, disrupsi digital. Ada second wave digital disruption ditandai era 5G ini," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: