Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perluasan Cakupan Vaksin Kunci Pengendalian Pandemi

Perluasan Cakupan Vaksin Kunci Pengendalian Pandemi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terus mengimbau masyarakat berperan aktif dalam program vaksin demi meningkatkan imunitas, mengurangi risiko tertular, gejala sakit berat bahkan kematian akibat Covid-19. Hal ini sejalan dengan instruksi presiden yang menekankan pentingnya 2 upaya terkait penanganan pandemi Covid-19, yaitu disiplin pada protokol kesehatan dan akselerasi program vaksinasi.

Berdasarkan data vaksinasi Covid-19 Nasional per tanggal 22 Juli 2021, saat ini total vaksinasi dosis pertama telah menjangkau 20,72% dari populasi nasional. Sementara, penerima 2 dosis vaksin lengkap baru tercatat 8,11% dari target sasaran vaksinasi nasional. Sasaran vaksinasi nasional adalah 208.265.720, sementara penerima suntikan vaksin meliputi Tenaga Kesehatan, Lanjut Usia, Petugas Publik, Masyarakat Rentan, dan Masyarakat Umum.

Baca Juga: Ragu Divaksin Karena Punya Penyakit Jantung? Dokter Justru Dorong Vaksinasi Bagi yang Punya Komorbid

Dialog Kabar Kamis di Media Center KPCPEN (5/8) membahas pentingnya vaksinasi dan menjaga kesehatan di tengah lonjakan kasus Covid-19 dengan mengundang dr. Dirga Rambe, M.Sc, Sp.PD-Dokter Spesialis Penyakit Dalam/Vaksinolog, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid-Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, serta dr. Vito Anggarino Damay, Sp.JP-Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh darah/TV Host.

Dalam dialog, ketiga narasumber kembali menekankan pentingnya penerapan protokol kesehatan, pola hidup bersih sehat, vaksinasi, serta penguatan 3T sebagai upaya penanggulangan pandemi. Terkait vaksin, dr. Dirga menegaskan bahwa yang terpenting dari vaksin adalah perluasan cakupannya untuk meraih kekebalan kelompok.

"Tidak efektif bila satu orang mendapatkan sampai 5 kali suntikan vaksin, sementara orang-orang di sekitarnya tidak divaksin sama sekali. Karena itu, prioritasnya adalah memberikan akses vaksinasi kepada warga sebanyak mungkin," paparnya.

Proses penularan hanya dapat dicegah apabila virus tidak mendapatkan inang baru. Hal tersebut juga akan menghambat proses mutasi virus. Warga masyarakat yang tidak memiliki NIK dapat melakukan vaksinasi di sentra vaksin yang dikelola bersama Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. "Selain suntikan vaksin, di lokasi tersebut, mereka juga akan mendapatkan NIK," ujar dr. Nadia.

Pemerintah terus mengejar akselerasi agar target vaksinasi dapat selesai pada akhir tahun. "Pencatatan, pelaporan, dan distribusi vaksin dilakukan oleh Dinas Kesehatan, TNI, dan Polri. Ketiga unsur ini bersinergi dengan pihak-pihak lain seperti pemerintah daerah, organisasi masyarakat, juga komunitas agar vaksin dapat menjangkau hingga pelosok daerah," tambah dr. Nadia.

Saat ini, masih beredar kekhawatiran di tengah masyarakat terkait vaksin. Misalnya bagi warga dengan riwayat penyakit jantung, dr. Vito menegaskan bahwa asalkan kondisinya stabil, rutin mengkonsumsi obat dan kontrol kesehatan, orang tersebut bisa melakukan vaksinasi.

"Bagi warga dengan riwayat penyakit tertentu, baik jantung, paru-paru, darah tinggi, dan sebagainya bisa minta evaluasi secara personal kepada dokter yang sering dikunjungi untuk mendapatkan kepastian layak tidaknya divaksin," ujarnya.

Vaksinasi bagi Ibu Hamil juga sangat dianjurkan dengan syarat-syarat tertentu. "Bisa divaksin pada usia kehamilan trimester kedua, tidak ada penyakit tertentu, menggunakan vaksin Pfizer, Moderna, atau Sinovac untuk Ibu Hamil," papar dr. Dirga, yang juga menegaskan bahwa penyintas Covid-19 tetap harus divaksin, setidaknya 3 bulan setelah dinyatakan sembuh.

Sementara, menanggapi keraguan akan manfaat vaksin, dr. Dirga mengutarakan, "4 miliar dosis vaksin telah disuntikkan secara global, kita dapat melihat bahwa vaksin aman dan efektif. Meskipun setelah divaksin kita tetap bisa terkena infeksi virus, vaksin menolong kita untuk terhindar dari risiko sakit berat bahkan kematian. Karena itu, harus vaksin selain disiplin prokes."

Untuk menghindari makin meluasnya hoax yang berpengaruh negatif di masyarakat, dr. Vito menyarankan semua orang untuk menjadi kanal informasi yang benar dan tidak meneruskan berita yang meragukan. "Kalau tidak yakin kebenarannya, pastikan dulu ke pakarnya, atau ke sumber berita yang kredibel. Misalnya bertanya pada dokter melalui media sosial, mengunjungi situs Kemenkes, Kemenkominfo, KPC-PEN, atau http://covid19.co.id," ujar dr. Nadia.

Dengan partisipasi masyarakat menjalankan protokol kesehatan dengan baik, upaya 3T dari pemerintah, vaksinasi, serta kerja sama seluruh pihak untuk menjadi koridor informasi yang benar diharapkan penanggulangan pandemi dapat berjalan optimal.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: