Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Peran Bank dalam Pembiayaan di Indonesia Diprediksikan Turun Hingga 50 Persen

Peran Bank dalam Pembiayaan di Indonesia Diprediksikan Turun Hingga 50 Persen Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekonom Senior, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Aviliani memprediksikan peran bank dalam pembiayaan di Indonesia akan mengalami penurunan hingga 50 persen dari jumlah proporsi awal 76,9 persen.

“Semakin meningkatnya kelas menengah di Indonesia, maka semakin tinggi permintaan akan produk perbankan khususnya tabungan, deposito, dan investasi, karena terjadi pergeseran karakteristik kelas menengah dari konsumsi ke tabungan atau investasi,” ujarnya dalam webinar Ekonom Perempuan INDEF: Kemerdekaan dan Masa Depan Ekonomi Bangsa, Selasa (10/8/2021).

Kecenderungan tersebut dapat di lihat di kelas menengah dengan asumsi generasi milenial dengan pendidikan yang bagus mengakibatkan tingkat pendapatannya sudah jauh lebih baik sehingga akan melakukan investasi ke pasar modal dan pasar keuangan dengan tidak hanya terfokus pada perbankan.

Baca Juga: Perbankan Perlu Ekosistem Baru, Indef Beberkan 4 Skenario Masa Depan Perbankan

Aviliani menyimulasikan tahun 2012 dengan kelas menengah berjumlah 48 juta memiliki rasio penetrasi nasabah sebesar 20 persen, dengan melakukan saving investasi kisaran 30 persen dan konsumsi sebesar 70 persen.

Sedangkan pada tahun 2020 dengan kelas menengah berjumlah 112 juta memiliki rasio penetrasi nasabah sebesar 50 persen, dengan saving investasi kisaran 40 persen dan konsumsi sebesar 60 persen.

“Kalau penghasilannya besar, otomatiss saving nya lebih banbyak daripada konsumsi, kalau tahun 2012 pendapatan untuk makan. Jadi bukan berarti pendapatannya dihabiskan untuk konsumsi tapi karena pendapatan besar jadi saving nya makin besar,” ujarnya.

Ke depan, kata Aviliani, kecenderungannya bank hanya akan sebagai persinggahan sementara keuangan yang digunakan untuk investasi. Sebab, penempatan atau penyimpanan keuangan harus berbasis bank dengan pruduk yang mencapai 80 persen, menyisakan 55 persen yang lain ke arah non bank. Hal ini menandakan edukasi kesadaran pasar modal bagus semakin meningkat.

“Sekarang kelihatan asing yang biasanya mendominasi SBN 40 persen sekarang asing mulai rendah dan domestik nanik. ini tanda-tanda sekarang kelas menangah khususnya milenial sudah mulai arahnya ke sana,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: