Taliban Makin Perkasa Atas Afghanistan, Amerika Serikat Gak Bisa Apa-Apa!
Amerika Serikat (AS) prihatin dengan kondisi di Afghanistan. Tapi kini negara adidaya itu tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Pasukan keamanan Afghanistan harus bisa mempertahankan negara itu.
Pernyataan tersebut menyusul keberhasilan gerilyawan Taliban merebut Aybak, ibu kota Provinsi Samangan di utara pada Senin (9/8/2021), bersama dengan kota-kota perbatasan dan rute perdagangan.
Taliban yang digulingkan invasi AS pada 2001, telah meningkatkan kampanye militer untuk mengalahkan pemerintah saat pasukan asing menarik diri. Presiden Joe Biden mengatakan, misi militer AS di Afghanistan akan berakhir pada 31 Agustus nanti. Masa depan ada di tangan rakyat Afghanistan sendiri. Baca Juga: Mata Utusan Khusus Amerika Tertuju ke Afghanistan, Siap Akhiri Agresi Mengerikan Taliban
Taliban merebut tiga ibu kota provinsi selama akhir pekan: Zaranj di provinsi selatan Nimroz, Sar-e-Pul, di provinsi utara dengan nama yang sama, dan Taloqan, di provinsi timur laut Takhar. Mereka telah merebut ibu kota provinsi utara Kunduz dan Lashkar Gah, ibu kota provinsi Helmand. Baca Juga: Ogah Tarik Keputusan di Afghanistan, Biden Sengaja Lepaskan Kunduz Direbut Taliban
Juru Bicara Pentagon John Kirby mengatakan, AS sangat prihatin dengan perkembangan tersebut. Tapi ia yakin, pasukan keamanan Afghanistan memiliki kemampuan memerangi kelompok pemberontak itu.
“Ini adalah militer mereka, ini adalah ibu kota provinsi mereka, rakyat mereka untuk dipertahankan dan itu benar-benar momen di mana kepemimpinan mereka diuji,” kata Kirby.
Taliban telah merebut Aybak, ibu kota provinsi keenam di Afghanistan dalam empat hari. Juru bicara kelompok bersenjata itu kemarin mengirim pesan ke media yang mengklaim telah menguasai Aybak, ibu kota provinsi utara Samangan.
Wakil Gubernur Provinsi Samangan pun telah mengkonfirmasi pengambilalihan tersebut. Kelompok bersenjata itu mengatakan, mereka sekarang menguasai kompleks gubernuran, direktorat intelijen, markas besar polisi dan semua gedung resmi lainnya di kota itu.
Jatuhnya Samangan akan menambah tekanan pada pasukan keamanan Afghanistan yang sudah kocar-kacir.
Sementara Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace mengatakan kepada Daily Mail bahwa kesepakatan yang dicapai tahun lalu antara Amerika Serikat dan Taliban adalah “kesepakatan busuk”.
AS setuju menarik diri dalam kesepakatan yang dinegosiasikan tahun lalu di bawah pendahulu Joe Biden dari Partai Republik, Donald Trump. Wallace mengatakan, pemerintahnya telah meminta beberapa sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk mempertahankan pasukan di Afghanistan begitu pasukan AS pergi, tetapi gagal mengumpulkan cukup dukungan.
“Beberapa mengatakan mereka tertarik, tetapi parlemen mereka tidak. Menjadi jelas bahwa tanpa Amerika Serikat, opsi ini mati,” kata Wallace.
Berbicara kepada Aljazeera TV, Juru Bicara Taliban Muhammad Naeem Wardak memperingatkan AS agar tidak melakukan intervensi lebih lanjut untuk mendukung pasukan pemerintah Afghanistan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: