Kepanikan Melanda Afghanistan, Warga Sipil Lari Kocar-Kacir Hindari Serangan Taliban
Gelombang kepanikan baru telah mencengkeram Afghanistan. Saat Taliban mengobrak-abrik wilayah, menggulingkan distrik-distrik pemerintah seperti kartu domino, mereka yang bisa berebut meninggalkan kota-kota provinsi menuju ibu kota yang relatif aman, Kabul.
Dilansir NBC News, Kamis (12/8/2021), mereka yang tidak bisa hidup dengan kecemasan terus-menerus dan berjuang untuk tidur.
Baca Juga: Taliban Makin Perkasa Atas Afghanistan, Amerika Serikat Gak Bisa Apa-Apa!
Diyana Sharifi meninggalkan kampung halamannya di Mazar-e-Sharif di Afghanistan utara minggu ini. Dia pergi ketika desas-desus beredar bahwa Taliban siap untuk mengambil alih kota dan para pejuang mencari gadis-gadis muda untuk dinikahi, dan anak-anak lelaki untuk bertarung.
Prospek menikah dengan seorang pejuang Taliban melampaui mimpi terburuknya, kata mahasiswa hukum itu, seraya menambahkan bahwa dia lebih baik mati daripada tunduk pada nasib seperti itu.
“Itu ketakutan, ketidakberdayaan, kemarahan,” kata Sharifi, 21, kepada NBC News, menandai emosi yang dia rasakan di Mazar-e-Sharif. “Saya takut terjebak di tempat itu, tidak bisa keluar.”
Seorang juru bicara Taliban membantah bahwa para pejuang mengambil anak perempuan dan laki-laki. Dia menggambarkan laporan itu sebagai "propaganda tak berdasar."
Sharifi adalah salah satu dari ratusan ribu warga Afghanistan yang diusir dari rumah mereka sepanjang tahun ini karena konflik. Usahanya kini mencari perlindungan baik dari pertempuran dan prospek rezim Islam yang memerintah negara itu sebelum tahun 2001 diberlakukan kembali. Saat berkuasa, Taliban memaksakan interpretasi Islam yang ketat di mana perempuan sebagian besar tidak terlihat dalam kehidupan publik.
Sebuah analisis berjalan oleh Long War Journal, yang diperbarui Selasa (10/8/2021), menunjukkan bahwa 233 distrik berada di bawah kendali Taliban, 65 di bawah kendali pemerintah dan 109 diperebutkan.
Khaleda Yolchi, 23, mengatakan ayahnya juga memerintahkan dia untuk meninggalkan kampung halamannya di Maymana di Afghanistan utara minggu ini karena dia takut para militan akan membawanya. Dalam tujuh hari terakhir, dia juga bertunangan untuk menikah untuk melindunginya dari diambil oleh seorang pejuang Taliban.
Perjalanannya yang menegangkan ke selatan ke Kabul membuatnya berhadapan langsung dengan Taliban di Pol-e-Khomri.
"Kami sangat takut," katanya. “Mereka membawa senjata, dan wajah mereka sangat menakutkan, dengan janggut panjang dan rambut panjang.”
Keesokan harinya para militan merebut kota itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: