Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto, mengingatkan pemerintah agar bersiap menghadapi potensi inflasi sebesar 3 persen di tahun 2022. Hal tersebut berkaitan dengan hasil pidato Presiden Joko Widodo dalam penyampaian RUU APBN Tahun 2022 beserta nota keuangannya pada Senin (16/8/2021).
"Jadi presiden memberikan sinyal ke arah situ, di era pemulihan ekonomi itu juga akan diikuti dengan peningkatan inflasi. Ini menjadi indikator bahwa ketika ekonomi mulai pulih, pastinya nantikan akan menghantam ke inflasi," ujarnya dalam diskusi publik Merespons Pidato Kenegaraan dan Nota Keuangan RAPBN 2022, Selasa (17/8/2022).
Baca Juga: Tulang Punggung Perekonomian, INDEF Dorong Keterlibatan UMKM di Pasar Internasional
Berdasarkan pengamatan Eko, dalam era pemulihan umumnya inflasi di Indonesia tidak akan langsung melonjak tinggi, melainkan berlangsung secara pelan-pelan. Adapun bila pemulihannya berlangsung cepat dan drastis, hal itu akan menghasilkan inflasi yang besar.
Alasan lainnya, daya beli masyarakat yang terpukul selama pandemi, ketika terjadi pemulihan ekonmi yang diharapkan pemerintah berada pada kondisi pulih di tahun 2022. Hal itu yang menyebabkan dari sisi produsen untuk segera menaikan harga jual karena daya beli belum pulih langsung.
"Ibaratkan di tahun 2022 ekonomi kita sudah kembali normal atau full capacity dan semua masuk lagi tidak ada WFH itu tidak langsung tiba-tiba industri memberi bonus tahunan biasanya perlu recovery dulu. Pada titik itu produsen tidak langsung menaikan harga-harga itu. Inflasinya diseting moderat sebesar 3 persen," terangnya.
Bagi Eko, selama inflasi, yang patut diwaspadai adalah aksesibilitas sektor pangan di tengah permintaan mulai meningkat. Sebab, tidak semua daerah memiliki ketersediaan pangan yang cukup untuk menyuplai ke pasar sehingga konsekuensinya terdapat daerah yang mengalami kekurangan dan memberi efek inflatoir.
"Kalau dikalkulasikan keseluruhan ya bisa saja inflasi pangan di 2022 sudah lebih tinggi karena permintaan mulai tinggi karena sudah banyak restoran dan kafe mulai buka dan memicu demand. Pada saat itu, ada peluang di sektor pertanian dan juga ada dorongan inflasi yang cepat," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Puri Mei Setyaningrum