Telak! Omongan Demokrat ke Pemerintah: Katanya Tak Anti Kritik, Tapi Pembuat Mural Aja Dikejar-kejar
Demokrat mempertanyakan pernyataan Presiden Joko Widodo yang mengaku mengapresiasi kritik membangun dan selalu menjawab kritik dengan pemenuhan tanggung jawab dalam pidato kenegaraannya. Kenyataannya, para pelaku pembuat mural yang mengkritik dicari-cari dan dikejar-kejar. Muralnya pun dihapus.
Padahal, munculnya mural, atau gambar jalanan yang bernuansa kritik kepada pemerintah Joko Widodo, seharusnya disikapi dengan bijaksana oleh pemerintah.
Baca Juga: Ngabalin Tiba-tiba Ngegas ke Roy Suryo dan Said Didu Soal Mural Jokowi 404: Not Found
"Pertama, munculnya mural ini tanda ada kegelisahan di kalangan rakyat bawah atas situasi yang mereka hadapi di kehidupan sehari-hari akibat pandemi. Nah, kegelisahan ini harus dicari tahu akar permasalahannya, dan dicarikan solusinya. Bukan malah diredam atau ditutup-tutupi," ungkap Herzaky Mahendra Putra, Kepala Badan Komunikasi Strategis/Koordinator Juru Bicara DPP Partai Demokrat dalam keterangannya pada Rabu 18 Agustus 2021.
Lanjut Herzaky laiknya angka kematian terus meningkat akibat covid-19, harus dicari cara mengapa bisa meningkat drastis, dan bagaimana menurunkan jumlah rakyat yang meninggal karena covid-19.
"Bukan malah memainkan data, apalagi menghapusnya dari indikator penanganan covid-19. Begitu pula dengan aspirasi dan kegelisahan rakyat ini," ujarnya.
Kedua, tambah Herzaky bahwa mural ini kan wujud dari cara rakyat dalam mengekspresikan aspirasinya. Menyalurkan kegelisahannya. Mungkin mereka saking bingungnya, tidak tahu lagi mesti mengadu kemana atau mesti bagaimana lagi menyikapi situasi berat terkini.
"Ini seharusnya menjadi introspeksi pemerintah juga. Bagaimana pemerintah seharusnya bisa memahami dan mengetahui kondisi sebenarnya di lapangan, sebelum mereka mengekspresikan kegundahannya melalui mural."
Pemerintah janganlah ke lapangan sekedar untuk pencitraan saja, melainkan seharusnya benar-benar untuk memahami situasi dan mengecek kondisi terkini dari rakyatnya.
"Seharusnya, ekspresi rakyat seperti ini, diberikan tempat, ruang, untuk menyalurkan. Jangan kemudian kreativitasnya malah dimatikan. Di era pandemi, tekanan hidup sudah berat. Jangan kemudian ruang untuk berekspresi dan berpendapat malah semakin dikekang. Negeri ini negeri demokrasi, bukan negeri otoriter," tutup Herzaky.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: