Situasi Sulit Timur Tengah, Taliban Akan Dapat Teman atau Malah Musuh?
Taliban menganut Islam Sunni dan mengikuti aliran agama Deobandi yang ultra-konservatif. Namun, kelompok-kelompok Islam dari seluruh wilayah, tidak peduli apakah mereka Sunni atau Syiah, memberi selamat kepada Taliban atas kemenangan mereka.
Dari luar Jalur Gaza, Hamas, kelompok Muslim Sunni Palestina yang menguasai daerah itu, mengirim pesan memuji Taliban atas kemenangannya, yang merupakan puncak dari perjuangan panjang selama 20 tahun terakhir.
Baca Juga: Zionis Israel Bombardir Pangkalan Senjata Hamas di Gaza, Penyebabnya Demonstrasi Rakyat?
Saluran berita Telegram Irak yang dijalankan oleh kelompok militer PMF, sebagian besar Muslim Syiah dan berjanji setia kepada Iran, membuat lelucon kejam tentang penarikan AS. Mereka menerbitkan gambar seorang pria jatuh dari pesawat militer AS misalnya, mengingat peristiwa tragis di bandara Kabul awal pekan ini.
Namun, dalam versi digital mereka, orang yang jatuh adalah Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi, yang mereka lihat sebagai musuh dan terikat pada AS.
Untuk saat ini, situasi di Afghanistan tetap cair dan dampak pengambilalihan Taliban di Timur Tengah sebagian besar bersifat emosional. Taliban mengatakan tidak akan membuat pengumuman resmi sampai akhir Agustus.
Tetapi, ketika kelompok itu benar-benar membentuk pemerintahan baru, para ahli memprediksi akan ada banyak perubahan di lapangan yang harus dilihat melalui prisma konflik jangka panjang antara Arab Saudi, yang mayoritas Sunni, dan Iran yang mayoritas Syiah.
Taliban memerintah Afghanistan antara tahun 1996 dan 2001, ketika AS menyerbu. Pada 1990-an, negara tetangga Pakistan, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) adalah satu-satunya negara di dunia yang menawarkan pengakuan diplomatik kepada Taliban.
Selama bertahun-tahun, hubungan Taliban dengan Arab Saudi sangat penting. Namun hubungan ini berubah setelah 11 September 2001, ketika al-Qaeda selaku kelompok teroris Muslim Sunni yang kepemimpinannya berlindung di Afghanistan, melakukan serangan bunuh diri di AS, yang mengakibatkan kematian lebih dari 3.000 orang.
Sebagai sekutu AS, Saudi semakin dipaksa untuk menjaga jarak. UEA memutuskan hubungan diplomatik tak lama setelah serangan September 2001.
Sejak itu, Qatar perlahan-lahan melangkah ke dalam keretakan yang ada, bekerja sebagai mediator antara Taliban dan pihak lain dalam beberapa tahun terakhir. Sejak 2013 dan seterusnya, negara ini menjadi terkenal karena menjadi satu-satunya negara di dunia yang secara resmi menjadi tuan rumah komisi politik Taliban.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: