Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Amerika Kian Mustahil Injak Kaki di Asia Tengah Usai Kebangkitan Taliban, Ini Kata Pakar

Amerika Kian Mustahil Injak Kaki di Asia Tengah Usai Kebangkitan Taliban, Ini Kata Pakar Pejuang Taliban berpatroli di Kabul, Afghanistan. | Kredit Foto: AP Photo/Rahmat Gul

Pejabat pertahanan AS memperingatkan walaupun kapabilitas yang disebut 'over-the-horizon' tetap dipertahankan tapi ruang gerak mereka tetap terbatas. Setelah Taliban menggelar serangan yang sangat cepat, AS tidak mengumumkan perjanjian keamanan baru dengan negara-negara tetangga Afghanistan.

"Opsi yang sekarang dari negara-negara (Teluk) Persia dan penerbangannya ke Afghanistan sangat panjang, maka bukan cara yang paling cepat dalam melakukan serangan kontra teroris," kata mantan Duta Besar AS untuk Kazakhstan, Willam Courtney.

"Hal itu dapat dilakukan, tapi dapat dilakukan lebih efektif bila dilakukan dari Kyrgyzstan atau Uzbekistan," kata Courtney yang saat ini peneliti senior di lembaga think tank RAND Corporation.

Peneliti Foreign Policy Research Institute di Bishkek, Kyrgyzstan, Niva Yau mengatakan pesan dari Rusia dan China semakin menekankan keinginan mengatasi masalah keamanan dari Afghanistan melalui 'kawasan'. Hal itu terutama melalui CSTO dan Shanghai Cooperation Organization (SCO) kelompok yang didirikan China, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, dan Uzbekistan pada 2001.

"Yang artinya (pendekatan mereka) tidak melibatkan Amerika Serikat atau intervensi asing lainnya," kata Yau.

Pada Kamis (18/8) lalu, the Wall Street Journal melaporkan Putin menolak kemungkinan kehadiran militer AS di sepanjang perbatasan utara Afghanistan. Hal itu disampaikan dalam pertemuan dengan Biden di Jenewa bulan Juni lalu.

"Kami tidak melihat bagaimana kehadiran militer AS dalam berbagai bentuk di Asia Tengah dapat memperkuat keamanan negara-negara yang terlibat atau/dan tetangga mereka, jelas itu bukan kepentingan Rusia," kata Deputi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabko pada surat kabar itu.

"Posisi ini tidak berubah dengan latar belakang apa yang terjadi di Afghanistan baru-baru ini," ujarnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: