Percepatan Vaksinasi Didukung Jalur Distribusi 'Rantai Dingin' Hingga Pelosok 34 Provinsi
Pemerintah terus berupaya melaksanakan percepatan vaksinasi dan menekankan kepada masyarakat bahwa semua vaksin Covid-19 efektif serta aman. Sejalan dengan hal tersebut, pada 23 Agustus 2021 Indonesia menerima kedatangan vaksin tahap ke-42, yaitu 5 juta dosis vaksin jadi produksi Sinovac. Tercatat jumlah total vaksin yang sudah diterima Indonesia lebih dari 202 juta dosis, terdiri atas vaksin jadi dan bahan baku (bulk). Pemerintah memastikan ketersediaan vaksin dan bekerja keras mendistribusikannya ke daerah-daerah dalam rangka percepatan vaksinasi.
Selain Sinovac, beberapa merek vaksin telah tiba di Indonesia, yakni AstraZeneca, Sinopharm, Moderna dan Pfizer. Pemerintah menegaskan, semua merek vaksin yang ada di Indonesia aman dan efektif melawan Covid-19. Seluruh vaksin yang digunakan di Tanah Air juga telah melewati berbagai pengujian keamanan, khasiat, dan mutu. Pengujian ini dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan juga para ahli lainnya. Karena itu, masyarakat diminta untuk segera melakukan vaksinasi tanpa memilih-milih merek vaksin tertentu.
Baca Juga: Kementerian Kesehatan Naikkan Target Vaksinasi Harian 2,5 Juta per Hari
Hingga saat ini, pemerintah terus berupaya memenuhi kebutuhan vaksinasi nasional. Pemerintah juga melakukan kerja sama melalui diplomasi, baik bilateral maupun multilateral untuk menjamin ketersediaan vaksin.
Dalam Dialog Media Center KPCPEN 24/08/2021, Bambang Heriyanto, Sekretaris Perusahaan dan Juru Bicara PT Bio Farma, menyatakan bahwa saat ini Indonesia telah memiliki ketersediaan vaksin sekitar 175 juta dosis vaksin jadi, atau hampir setengah dari kebutuhan yang ada. Melalui kerja sama serta komitmen dengan berbagai pihak, pemerintah memastikan ketercukupan stok vaksin berikutnya.
Bio Farma selain bertugas dalam hal penyediaan, juga menjalankan distribusi vaksin Covid-19. Bio Farma telah menyalurkan lebih dari 114 juta dosis vaksin ke 34 provinsi di Indonesia. "Awalnya hanya sampai tingkat provinsi, tetapi ditingkatkan ke level lebih dalam, yaitu kabupaten/kota," ungkap Bambang.
Bambang juga menjelaskan, kini pada kemasan vaksin Covid-19 terdapat alat untuk membantu penelusuran sehingga bisa diketahui sampai di mana dan berapa banyak vaksin disalurkan. Fitur tersebut juga mencegah pemalsuan vaksin karena semua telah terdata dengan baik.
Bambang mengungkapkan, setiap vaksin memiliki ketentuan dari BPOM maupun WHO dalam hal penanganannya. "Kami menggunakan 'manajemen rantai dingin' selama seluruh proses untuk memelihara batas temperatur agar kualitas vaksin tetap terjaga," ujar Bambang.
Untuk vaksin Sinovac yang membutuhkan suhu penyimpanan 2-8 derajat Celcius, Indonesia telah memiliki rantai distribusi vaksin yang baik hingga pelosok. Selain itu, juga terdapat merek vaksin Covid-19 yang mengharuskan perlakuan khusus untuk menjaga kualitas, seperti Pfizer yang memerlukan suhu penyimpanan -70 derajat Celcius.
Kapasitas menjadi tantangan di lapangan karena jalur distribusi vaksin yang ada harus mengakomodasi kebutuhan vaksin rutin sekaligus vaksin Covid-19 yang berjumlah besar. "Karena itu, kami berkolaborasi dengan banyak pihak termasuk pemerintah daerah, terkait fasilitas penyimpanan dan penyaluran vaksin ini. Harapannya, setiap penjuru Indonesia segera tercukupi kebutuhan vaksinnya," ujar Bambang.
Bambang menyatakan, juga dibutuhkan waktu untuk menyiapkan vaksin hingga siap digunakan. Dari bentuk bulk (bahan baku) menjadi bentuk jadi, perlu waktu sekitar 1 bulan, meliputi masa karantina, pengolahan, uji mutu, dan sebagainya. Vaksin bentuk jadi pun harus melalui pengawasan mutu dan menunggu terbitnya lot release dari BPOM.
Untuk meningkatkan ketersediaan vaksin di Tanah Air, Bio Farma bersama institusi dalam negeri juga tengah melakukan riset pengembangan vaksin produksi anak negeri, yang diharapkan dapat diluncurkan pada tahun depan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum