Project Manager South East Asia Agora Energiewen, Supawan Saelim, menuturkan bahwa pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) di Jerman sudah mencapai 45 persen pada tahun 2020. Angka tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 yang masih sebesar 10 persen.
"Jerman telah menghentikan tenaga nuklir dari 22 persen menjadi 11 persen pada 2020 dan diimplementasikan dalam energi baru terbarukan dalam bentuk tenaga surya dan tenaga angin," ujarnya pada Sesi 1 dalam Transisi Energi Pelatihan Jurnalis 2021, Selasa (7/8/2021).
Baca Juga: Media Perlu Dorong Kesadaran Pentingnya Transisi Energi di Indonesia
Supawan menyebut, kecepatan pemanfaatan EBT di Jerman juga didukung dengan terbitnya UU Energi yang berisi tentang pemberian insentif energi baru terbarukan dengan penerapan tarif feed in. Dengan begitu, pemerintah memberikan jaminan harga energi dalam kurun waktu 20-30 tahun ke depan bagi para produsen pembangkit tenaga listrik.
Energi baru terbarukan yang mendapatkan prioritas oleh Pemerintahan Jerman seiring waktu juga berpeluang terjadi perubahan tarif feed in dari pemerintah dengan menyediakan harga feed in lebih tinggi dibandingkan harga pasar.
"Tahun 2017 mereka menggunakan lelang tarif feed in, mereka mengimplementasikan produsen energi berdasarkan kebutuhan pasar, pelelangan kebijakan utama yang mendorong daya saing harga energi surya," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: