CTI Group Dorong Kontribusi Industri TIK sebagai Kunci dalam Pemulihan Ekonomi Pasca-Pandemi
Persoalan ketimpangan infrastruktur digital antardaerah dan kesiapan sumber daya manusia di semua lini masih akan menjadi tantangan serius bagi Indonesia untuk terus mendorong kontribusi positif teknologi informasi dan komunikasi dalam pemulihan perekonomian pasca pandemi Covid 19.
Hal tersebut menjadi benang merah para panelis dalam diskusi di acara Executive Gathering Golden Circle Club 2021 yang diselenggarakan oleh PT Computrade Technology International (CTI Group), penyedia solusi infrastruktur teknologi informasi (TI), dan dihadiri para pelaku industri di bidang TIK, khususnya System Integrator dan Independent Software Vendor yang menjadi mitra bisnis CTI Group dari seluruh Indonesia.
Baca Juga: Startup Anak Bangsa BUMooN.io Sambut Harapan Presiden Jokowi untuk Ekonomi Hijau
Mengangkat tema "Laying Digital in The Heart of Economic Recovery", acara tahunan ini diselenggarakan secara online dan menghadirkan sejumlah panelis seperti Yustinus Prastowo selaku Staf Khusus Menteri Keuangan, Hendra Godjali sebagai Consulting Leader PT Ernst & Young Indonesia, dan Nailul Huda sebagai ekonom INDEF.
Menurut laporan Indonesia Economic Prospect (Boosting the Recovery) dari World Bank, perekonomian Indonesia diproyeksikan akan melambung dari resesi tahun 2020 dengan angka pertumbuhan sebesar 4.4 persen di 2021. Optimisme ini bisa terwujudkan apabila pandemi makin tertangani dan kondisi perekonomian global membaik.
Keterbatasan pergerakan selama pandemi, mendorong masyarakat untuk menggunakan layanan digital terutama dalam menggunakan aplikasi untuk melakukan transaksi jual-beli tanpa perlu kontak langsung. Perubahan gaya masyarakat seperti ini berdampak pada peningkatan perekonomian digital. Ekonomi digital Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan laporan penelitian yang dilakukan Google, Temasek, dan Bain & Company (2020), pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia diperkirakan akan mencapai US$124 miliar pada 2025.
Meskipun begitu, menurut Nailu Huda, masih ada ketimpangan digital di Indonesia yang perlu menjadi perhatian bagi masyarakat terutama para pelaku industri IT. Pertama adalah aspek infrastruktur, terlepas dari tingkat penetrasi internet yang meningkat pesat, Indonesia hanya menempati peringkat ke-57 dari 100 negara dalam indeks Internet Economist Intelligence Unit berdasarkan skor gabungannya pada ketersediaan, keterjangkauan, relevansi, dan kesiapan internet.
Kedua adalah aspek human capital, atau SDM, yang unggul terhadap teknologi digital. Presiden Joko Widodo mengungkapkan untuk mempercepat ekonomi digital, Indonesia membutuhkan sekitar 9 juta individu untuk berperan sebagai "bakat digital". Sebagai pelaku industri yang bisa dilakukan adalah membagi informasi dan keahlian digital kepada para pelaku bisnis baik dari skala perusahaan sampai usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Lalu, aspek yang ketiga adalah masalah penggunaan. Menurut data dari INDEF, sektor ekonomi digital masih menguntungkan pihak-pihak masyarakat Pulau Jawa dengan peningkatan jumlah e-commerce dan fintech.
"Data terakhir, masyarakat yang menggunakan fintech itu biayanya disalurkan ke masyarakat di Pulau Jawa, bahkan ada yang di luar Pulau Jawa kontribusinya cuma 1 persen. Oleh karen itu, kesenjangan digital perlu diturunkan terlebih dahulu sehingga transformasi dan ekosistem digital itu berkembang secara optimal. Tanpa adanya perbaikan digital divide, pembangunan ekosistem yang dijalankan pemerintah itu tidak bisa optimal," ujar Nailul Huda.
Di sinilah para pelaku IT memiliki peran penting dalam memengaruhi ekonomi digital Indonesia untuk pengembangan kapasitas teknologi informasi, dan komunikasi (TIK) perlu didukung dan dipertahankan. Salah satunya adalah mempercepat transformasi digital dengan mendorong adopsi teknologi meliputi jaringan, data, perangkat, penyimpanan serta keamanan.
"Sebagai penyedia solusi teknologi, informasi dan komunikasi di Indonesia, CTI Group bersemangat dalam mengajak para pelaku industri dan komunitas untuk bersama-sama meningkatkan inklusi teknologi digital terdepan seperti AI, Machine Learning, Big Data Analytics, dan Cloud. Selain itu, kami juga terus mendorong inovasi dalam mengelola disrupsi yang sedang terjadi dan memaksimalkan manfaat dari ekonomi digital yang terus tumbuh saat ini," ujar Rachmat Gunawan, Presiden Direktur CTI Group.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum