Sedih! Sekolah Menengah di Afghanistan Kembali Dibuka, Tanpa Siswi dan Guru Perempuan
Hal yang sama juga diungkap oleh ayah siswi tersebut.
"Ibuku buta huruf, dan ayahku (dulu) terus-menerus menggertaknya hingga menyebutnya idiot. Aku tidak ingin putriku menjadi seperti ibuku," katanya.
Seorang siswi lain yang berusia 16 tahun ikut mengemukakan pendapat serupa. Pelajar dari Kabul ini juga mengatakan bahwa "ini adalah hari yang menyedihkan".
"Saya ingin menjadi dokter! Dan mimpi itu telah sirna. Saya tidak berpikir mereka akan membiarkan kita kembali ke sekolah. Bahkan jika mereka membuka sekolah menengah lagi, mereka tidak ingin perempuan terdidik," ucapnya.
Awal pekan ini, Taliban mengumumkan bahwa wanita akan diizinkan untuk belajar di universitas. Namun, dalam hal ini, para mahasiwi tidak bisa belajar bersama dengan mahasiswa atau dosen pria, kecuali 'pengajar tua dengan karakter baik'. Selain itu, para mahasiwi itu juga akan menghadapi aturan berpakaian baru.
Menanggapi keputusan itu, beberapa pihak langsung mengatakan bahwa aturan baru untuk para mahasiwi itu sama saja akan mengecualikan perempuan dari pendidikan. Ini terutama karena universitas tidak memiliki sumber daya untuk menyediakan kelas terpisah. Membatasi anak perempuan dari sekolah menengah berarti tidak ada wanita di Afganistan yang akan belajar di kampus atau melanjutkan ke pendidikan lebih lanjut.
Sementara diketahui, sejak Taliban digulingkan dari kekuasaan pada tahun 2001, kemajuan besar berhasil dibuat dalam hal pendidikan. Ini termasuk meningkatkan pendaftaran pendidikan dan tingkat melek huruf di Afganistan, terutama untuk wanita dan anak perempuan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: