- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Dukung Transisi Energi, Kepala Bappenas Klaim RPJMN 2020-2024 sebagai RPJMN Hijau Pertama
Laporan Intergovernmental Panel Climate Change (IPCC) 2021 menunjukkan, gejala akan melewatinya batas aman kenaikan subu bumi di atas rata-rata 1,5 derajat celcius terjadi lebih cepat dari yang diprediksikan.
Karena itu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, menyebut melalui panel iklim PBB perlu langkah luar biasa untuk mengurangi emisi karbon agar suhu bumi dapat ditekan hingga tetap di bawah 1,5 derajat celcius.
Baca Juga: Pemimpin Dunia Bahas Pandemi dan Iklim di Sidang Umum PBB
Merespons perubahan iklim, Bappenas tengah menginisiasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang turut memuat tentang penanganan perubahan iklim melalui pembangunan rendah karbon dan ketahanan iklim menjadi agenda prioritas nasional.
"Sehingga RPJMN 2020-2024 dapat dikatakan sebagai PRJMN hijau pertama yang mengadopsi SDGs untuk menjadi mainstream di dalam RPJMN itu," katanya dalam Sesi Pertama Indonesia Energy Transition Dialogue dengan tema "Kenapa Indonesia Perlu Mencapai Target Dekarbonisasi pada 2050", Senin (20/9/2021).
Suharso mengatakan, berdasarkan artikel dalam United Nation Convention on Climate Change, berisi amanat upaya penanganan perubahan iklim agar dapat diintegrasikan dalam program pembangunan nasional.
Salah satunya dalam sektor energi agar dapat mempercepat upaya peralihan EBT supaya menjadi tulang punggung dalam pencapaian rendah karbon bersama 4 sektor lainnya seperti lahan, limbah, industri, dan laut pesisir.
"Program efisiensi energi dengan mempertimbangkan keselarasan antara pengaturan sumber daya energi, variabel kebijakan, keuangan, dan peran seluruh sektor terkait dapat kita tempatkan sebagai strategi ini," katanya.
Suharso menambahkan, pemerintah saat ini tengah menyusun skenario nett zero emisi karbon untuk menjajaki komitmen jangka panjang sebagai upaya menuju ekonomi hijau. Bappenas memiliki sejumlah skenario yang ditetapkan berdasarkan tahun tercapainya nett zero emisi karbon, yang tercatat diprediksikan dapat bisa tercapai pada 2060 atau bisa lebih cepat.
"Pilihan tahun pencapaian nett zero ini berimplikasi pada pola pembangunan dan kebijakan yang harus diterapkan dari sekarang. Apabila kita memilih skenario yang lebih cepat, transisi energi hijau harus dilakukan secara lebih ambisius dan masif. Kami optimis dapat mencapai target tersebut,"
jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Puri Mei Setyaningrum