ASEAN Terpecah Soal AUKUS, Singapura Ngaku Gak Terlalu Ambil Pusing
Menteri Luar Negeri Vivian Balakrishnan menyampaikan sikap Singapura terhadap aliansi strategis baru antara Australia, Inggris dan Amerika Serikat (AUKUS). Singapura, kata Balakrishnan, "tidak terlalu cemas" tentang itu karena hubungan sudah berlangsung lama dengan ketiga negara itu.
"Fakta bahwa kami memiliki hubungan yang konstruktif dan sudah berlangsung lama, dengan cadangan kepercayaan dan keselarasan yang besar, sangat membantu, karena itu berarti kami tidak terlalu cemas tentang perkembangan baru ini," katanya, dikutip laman Channel News Asia, Senin (27/9/2021).
Baca Juga: Di Sidang Majelis Umum PBB, Singapura Bilang akan Bantu Negara-negara Kecil
Pada 15 September, AS mengumumkan AUKUS, aliansi baru dengan Australia dan Inggris untuk memperdalam kerja sama diplomatik, keamanan, dan pertahanan di kawasan Indo-Pasifik. Berdasarkan perjanjian tersebut, Australia akan mendapatkan armada kapal selam nuklir dan rudal jelajah Amerika. Pengamat mengatakan AUKUS diperkenalkan untuk melawan kebangkitan China.
China sejak itu mengutuk kesepakatan itu sebagai ancaman "sangat tidak bertanggung jawab" terhadap stabilitas di kawasan itu, sementara perjanjian itu juga membuat marah Prancis, yang telah menegosiasikan penjualan kapal selam konvensional bernilai miliaran dolar ke Australia.
Negara-negara Asia Tenggara telah memberikan reaksi beragam. Indonesia dan Malaysia secara tegas menentang rencana tersebut, di tengah kekhawatiran bahwa Laut China Selatan akan menjadi tuan rumah bagi konflik yang lebih sering terjadi antara China dan negara-negara barat.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong telah berbicara dengan mitra Australia Scott Morrison tentang AUKUS, dengan Lee mengatakan dia berharap bahwa AUKUS akan melengkapi kerangka kerja regional dan berkontribusi secara konstruktif bagi perdamaian dan stabilitas kawasan.
Dr Balakrishnan sekali lagi menekankan poin-poin ini, dengan mengatakan bahwa pendirian Singapura di AUKUS adalah "jelas".
"Kita harus melihat bagaimana ini berkembang dan bagaimana tetangga lain, dan kekuatan lain menanggapi pengaturan ini," katanya.
"Dan dalam kasus Singapura, berhati-hatilah. Pastikan kita tidak berakhir di posisi yang tidak layak atau berbahaya, atau yang bisa berakibat buruk bagi kita.
"Tetapi fakta bahwa kami berteman dengan semua orang, kami dapat berbicara dengan jujur, konstruktif, dan mereka tahu bahwa kami tidak menentang pihak mana pun - itu juga memberi kami peran yang sedikit unik, dan untuk terlibat dalam percakapan konstruktif dengan semua pihak. ."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto