Upaya pemerintah membuka pasar baru bagi produk lokal, lewat penetrasi pasar di Dubai, Uni Emirat Arab, dinilai sebagai langkah yang tepat. Selain sebagai pasar baru (non-tradisional), Dubai juga dianggap sebagai lokasi yang strategis dan potensial untuk memperluas pasar ekspor Indonesia di kawasan teluk. Keikutsertaan Indonesia dalam Expo 2020 di Dubai adalah langkah strategis dan tepat untuk perluasan pasar ekspor.
Pengamat Ekonomi, Bima Yudhistira mengatakan Expo Indonesia di Dubai yang dibuka Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi sangat perlu untuk menarik investasi-investasi baru, baik bidang pariwisata, ekspor dan impor.
“Jadi bukan secara umum, tapi spesifik yang dijual investasi sektoral dan ekosistem regulasi yang mendukung investasi-investasi secara sektoral tsb. Itu yang harusnya ditonjolkan didalam setiap expo,” ucap Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) ini, Sabtu (2/10).
Dia menyerukan, belajar dari pengalaman expo-expo sebelumnya di banyak negara yang diikuti oleh Indonesia, baik inisiasi pemerintah maupun dunia usaha, paling penting adalah adanya daya saing yang ditonjolkan secara spesifik. Dia menilai, expo ini bisa menyasar target investor yang memang tertarik di bidang usaha tertentu. Dan, langkah follow up terhadap expo harus dilakukan.
“Jadi, follow up atau tindak lanjut itu menjadi satu hal yang sangat penting pasca expo. Lalu, penawaran dilakukan secara spesifik dan ada potensi kerja sama antar kedua negara bidang ekspor impor,” ujarnya.
Baca Juga: Solusikan Pengadaan Kontainer, Eksportir Apresiasi Kemendag
Menurut dia, Timur Tengah sangat membutuhkan yang namanya spare part otomotif, sayur-sayuran, furnitur olahan kayu, tekstil pakaian jadi. Maka, banyak peluang untuk dilakukan penetrasi ekspor.
Hal sama diutarakan oleh Ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal. Yang dilakukan Mendag Muhammad Lutfi menurutnya sesuai dengan usulan UI beberapa waktu lalu soal perluasan pasar non tradisional.
"Ini sudah on the right track m dengan usulan tim kami di Universitas Indonesia sejak 2016 (penetrasi nontradisional)," ujar Ekonom UI sekaligus Direktur Eksekutif Next Policy Fithra Faisal Hastiadi kepada kepada wartawan, di Jakarta, di kesempatan berbeda.
Untuk diketahui, negara yang masuk kategori non-tradisional belum memiliki perdagangan dengan Indonesia secara intensif. Karena belum digarap, Fithra menilai, ada potensi yang tersimpan pada negara-negara tersebut, termasuk UAE.
Selain menjadi tujuan pasar bagi produk Indonesia, posisi UAE yang strategis juga bisa menjadi hub perdagangan dengan negara lain di kawasan tersebut. Sehingga, memperluas pasar yang telah dimiliki Indonesia.
"Ini akan terbuka peluang (pasar) ke negara lain, terutama negara-negara teluk," ujarnya.
Fithra menambahkan, potensi dagang akan lebih tinggi jika perdagangan atas negara-negara tersebut diikat kerja sama yang lebih institusional. "(Entah) lewat FTA maupun CEPA, itu pasti akan mengintensifkan perdagangan. Yang jelas, perhitungan kami di awal negara-negara (non-tradisional) ini dikejar karena memperluas peluang ekspor," paparnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: