Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Krakatau Steel Blak-Blakan Soal Utang Rp31 Triliun: Mulai Tahun 2011 & Gara-Gara Investasi....

Krakatau Steel Blak-Blakan Soal Utang Rp31 Triliun: Mulai Tahun 2011 & Gara-Gara Investasi.... Kredit Foto: Krakatau Steel
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Kratakau Steel Tbk (KRAS) secara gamblang mengaku menanggung utang dengan total mencapai Rp31 triliun. Utang perusahaan mengalami tren peningkatan sejak tahun 2011 hingga tahun 2018 silam. Perihal latar belakang peningkatan utang, manajemen mengaku hal itu disebabkan salah satunya oleh pengeluaran investasi yang belum menghasilkan sesuai rencana.

Saat ini, emiten baja BUMN ini terus mengupayakan pembenahan di seluruh lini dan aktivitas usaha. Manajemen Krakatau Steel mengatakan, setidaknya proses pembenahan itu butuh waktu hingga tiga tahun untuk melihat hasilnya. Di bawah kepemimpinan manajemen baru, Krakatau Steel berhasil melakilam restrukturasi utang pada Januari 2020. Hal itu membuat Krakatau Steel menanggung beban cicilan dan bunga yang lebih ringan dan membanti untuk memperbaiki kinerja keuangan. Baca Juga: Gara-Gara Squid Game, Mata Uang Won Jadi Mendunia dan Netflix Panen Berkahnya!

"Proyek Blast Furnace diinisiasi pada tahun 2008 dan memasuki masa konstruksi pada tahun 2012, jauh sebelum saya bergabung di Krakatau Steel pada akhir tahun 2018. Manajemen saat ini sudah mendapatkan solusi agar fasilitas atau pabrik yang tadinya mangkrak bisa jadi produktif,” tegas Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim.  Baca Juga: Nasib Oh Nasib! Perusahaan Milik Erick Thohir Masih Tekor Miliaran Rupiah!

Ia menambahkan, Krakatau Steel saat ini sudah memiliki dua calon strategis, di mana salah satunya sudah menandatangani memorandum of agreement (MOA). Sementara satu mitra lainnya, dikatakan sudah menyampaikan surat minat untuk bekerja sama dalam proyek Blast Furnace. Silmy menargetkan, proyek tersebut dapat dioperasikan milai kuartal III tahun 2022 mendatang.

"Pengoperasian Blast Furnace nantinya akan menggunakan teknologi yang memaksimalkan bahan baku dalam negeri, yaitu pasir besi. Penggunaan pasir besi ini akan menghemat biaya produksi dan menurunkan impor bahan baku dari luar negeri yaitu iron ore," sambungnya.

Semua upaya tersebut dilakukan dengan dukungan manajemen yang bebas korupsi. Krakatau Steel sudah menerapkan ISO 37001:2016 sejak bulan Agustus 2020 sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan KKN karena merupakan standar internasional yang dapat digunakan semua yurisdiksi serta dapat diintegrasikan dengan sistem manajemen yang sudah dimiliki Krakatau Steel saat ini.

"Kaitan adanya indikasi penyimpangan atau korupsi di masa lalu tentu menjadi perhatian manajemen. Fokus saya ketika bergabung adalah mencarikan solusi dan melihat ke depan agar Krakatau Steel bisa selamat terlebih dahulu,” tegas Silmy.

Menutup keterangan resminya, Silmy mengatakan satu per satu permasalahan dalam Krakatau Steel sudah diatasi oleh manajemen. Begitu pula dengan proyek yang masih berjalan, diakui Silmy bahwa Krakatau Steel sudah mendapatkan solusinya.

“Satu demi satu masalah di Krakatau Steel sudah kami atasi, perusahaan yang lama tidak untung, pabrik yang tidak efisien, maupun proyek yang belum selesai sudah banyak yang selesai dan sisanya sudah didapatkan solusinya,” tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: