Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

KOL Stories x Arief Rosyid: Bicara Digitalisasi Bank Syariah Bersama Komisaris Milenial BSI

KOL Stories x Arief Rosyid: Bicara Digitalisasi Bank Syariah Bersama Komisaris Milenial BSI Kredit Foto: Instagram/Arief Rosyid Hasan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nama M Arief Rosyid Hasan mencuat setelah dipercaya menduduki kursi Komisaris Independen Bank BUMN Syariah, yakni PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). Ia diangkat pada RUPS LB BSI yang diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 2020 dan efektif menjabat pada 1 Februari 2021.

Pria kelahiran Ujung Pandang tahun 1986 ini pun menyandang gelar komisaris termuda di BSI. Tentunya, hal tersebut menimbulkan pro dan kontra. Banyak yang mempertanyakan mengapa di usia yang tergolong muda, Arief bisa menduduki jabatan penting di bank BUMN Syariah yang merupakan bank syariah terbesar di Indonesia.

Baca Juga: Simpan Potensi Besar, BSI Bidik Lembaga Islam di Indonesia

Menjawab pertanyaan itu, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, pemilihan pengurus Bank Syariah Indonesia yang di dalamnya termasuk Arief ini dilakukan dengan melihat track record yang sesuai dengan visi dan misi pengembangan bank syariah.

Pasalnya, sebelum bergabung dengan Bank Syariah Indonesia, Arief yang berstatus sebagai milenial ini diketahui telah menjabat sebagai Komisaris PT Bank Syariah Mandiri tahun 2020-2021. Hingga akhirnya, ketiga bank syariah BUMN yang terdiri dari BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri dilebur, Arief pun dipercaya untuk mengemban tugas sebagai Komisaris Independen di BSI.

Selain sebagai Komisaris Independen BSI Syariah, Arief juga aktif di HIPMI dengan menduduki berbagai jabatan lain seperti Komisaris PT Merial Insan Medika/Merial Health, Komisaris PT Merial Media Utama, Wasekjen BPP HIPMI, Ketua Yayasan Menteng Muslim Center, Ketua Perkumpulan Aktivis Milenial, Ketua Pemuda di Dewan Masjid Indonesia, Ketua Departemen Kaderisasi Pemuda dan Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia, Ketua Yayasan Menteng Muslim Center, dan Pembina Yayasan ISYEF.

Kehadiran Arief yang merupakan seorang milenial nampaknya sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo. Kala melakukan peresmian BSI, Presiden meminta Bank Syariah Indonesia harus mampu menarik minat kaum milenial untuk menjadi nasabahnya. Pasalnya, saat ini generasi milenial mencatat populasi yang besar dalam komposisi penduduk Indonesia.

BSI pun terus melakukan transformasi digital untuk menghadirkan kemudahan layanan keuangan bagi nasabah dan masyarakat, melalui pengembangan aplikasi BSI Mobile. Hal ini sejalan dengan aspirasi perusahaan untuk menjadi bank yang modern dan inklusif. BSI pun akan senantiasa menawarkan kemudahan layanan bagi masyarakat khususnya milenial dan generasi Z dalam bertransaksi sesuai prinsip Syariah. Melalui produk-produk layanan digital, BSI berharap akan muncul generasi-generasi Syariah atau Gensy.

Saat ini, BSI Mobile memungkinkan nasabah untuk bertransaksi menabung emas, gadai emas, membayar ZISWAF, dan membeli hewan kurban. Bahkan, pengguna BSI Mobile dapat mengecek waktu salat dan lokasi masjid terdekat. Melalui berbagai produk dan layanannya, BSI berupaya mendampingi nasabah sebagai sahabat finansial, sosial, dan spiritual untuk memberikan manfaat yang seluas-luasnya bagi umat.

Lalu, apalagi gebrakan yang akan dilakukan oleh BSI di bawah komando Arief yang merupakan seorang milenial ini? Untuk itu, Warta Ekonomi melalui program KOL Stories pun akan berbincang dengan Arief terkait dengan pengembangan digital di BSI dan seperti apakah rasanya menjadi petinggi di bank syariah terbesar di Indonesia.

Bank Syariah Indonesia layaknya bank lain yang tengah melakukan transformasi digital, sebenarnya seberapa penting transformasi digital menurut Anda?

Semua bank saat ini sudah bicara tentang transformasi digital. Ini semua berkat adanya revolusi industri 4.0 sehingga bank juga terpengaruh dari perubahan tersebut. Ke depannya, bank syariah di Indonesia akan melampaui apa yang sedang dibicarakan. Mau tidak mau, kita tidak hanya akan masuk ke dalam transformasi digital, tetapi kita akan melampaui itu semua.

Apa saja tantangan yang dihadapi dalam melakukan transformasi digital di bank Syariah? Terlebih, BSI merupakan bank syariah hasil peleburan tiga bank.

Pekerjaan rumah kami ini tidak ringan. Namun, yang patut disyukuri, pemerintah dalam hal ini memberikan dukungan penuh. Presiden menitipkan empat hal kepada kami, yaitu harus inklusif karena bukan hanya golongan tertentu dan sifatnya universal; kemudian harus menyasar kelompok muda; selanjutnya digitalisasi karena bank syariah ini tidak boleh menjadi bank kelas dua; terakhir, kita harus memfasilitasi pengusaha naik kelas.

Empat hal ini membuat adrenalin rekan-rekan saya terpacu karena kita ini tidak sekedar bekerja. Kehadiran Bank Syariah Indonesia ini harus powerful, harus punya dampak, dan tentu jangan main di zona konvensional.

Kita juga punya tantangan besar karena ini merupakan hasil peleburan dari tiga bank yang berbeda dari segi kultur, latar belakang, dan fokus. Selain itu, tantangan hadir dari ekspektasi orang lain karena ekonomi syariah dianggap sebagai raksasa yang tertidur sehingga masyarakat menunggu kapan "raksasa" itu bangun.

Apa saja sih layanan yang ditawarkan BSI melalui BSI Mobile?

Beberapa kali Pak Dirut menyebutkan Bank Syariah Indonesia ini sebagai bionic bank sehingga diibaratkan kita mampu melakukan hal yang lebih dari bank biasa. BSI Mobile ini tidak hanya menjadi sahabat finansial, tetapi sekaligus sebagai sahabat sosial dan sahabat spiritual.

Sebagai sahabat sosial, kita bisa menolong orang lain dengan zakat, infaq, dan shadaqah melalui BSI Mobile. Tidak hanya itu, BSI juga memosisikan dirinya sebagai sahabat spiritual untuk mengakomodasi sebanyak 87 persen muslim yang ada di Indonesia dengan memfasilitasi berbagai layanan seperti baca Qur'an dan penunjuk arah kiblat. Hal ini menjadikan BSI Mobile sebagai super app dengan pelayanan yang luar biasa.

Baca Juga: Dalam 5 Tahun Mendatang, BSI Kejar Target Masuk 10 Besar Bank Syariah Global

Apa lagi gebrakan yang akan dilakukan BSI terkait dengan digitalisasi?

Bank Syariah itu tidak hanya menjadi bank masa kini. Kami bertumbuh double digit ketimbang bank lainnya. Tidak hanya itu, kami akan menjadi bank masa depan. Kami itu rencananya selesai roll out sekitar bulan November, tetapi dengan digitalisasi, kami bisa mempercepat waktu sekitar tiga bulan. Di bulan November, kami ingin Bank Syariah Indonesia sudah single system.

BSI telah meluncurkan pembukaan rekening secara online, dan berharap akan muncul generasi-generasi Syariah atau Gensy. Apakah boleh dijelaskan lebih lanjut terkait dengan Gensy?

Gensy atau generasi Syariah ini pernah dibahas oleh Bapak Kyai Ma’ruf bahwa anak-anak muda Indonesia itu lebih senang sesuatu yang seimbang. Misalnya, ibadahnya rajin, tetapi tidak meninggalkan pergaulan sehingga urusan yang bersifat vertikal dengan Tuhan tidak akan membatasi dirinya dengan hal-hal duniawi, selama itu tidak melanggar. Ibaratnya, muda kaya raya, mati masuk surga.

Sebagai seorang milenial yang menduduki posisi penting di bank syariah terbesar di Indonesia yang juga merupakan BUMN, pasti banyak yang nyinyir dengan pencapaian Anda. Bagaimana Anda menanggapi hal tersebut? Kemudian seperti apa sih rasanya menjadi seorang komisaris di perusahaan besar?

Saya sangat bersyukur bisa sampai di titik ini mengingat usia yang masih di umur 35 tahun. Sejak umur 25 tahun, Pak Dahlan Iskan Menteri BUMN saat itu sudah menawarkan jabatan. Kalau dibilang gila jabatan sih kenapa di umur 25 tahun saya tidak mengambil tawaran tersebut.

Saya diajarkan oleh orang tua saya kalau manusia terbaik itu bukan menjadi dokter atau komisaris, tetapi manusia terbaik adalah manusia yang mempunyai banyak manfaat. Kemudian, saya punya prinsip bahwa ketika Anda menolong agama, niscaya kedudukan Anda akan diangkat, dan banyak orang yang akan mendoakan Anda. Saya kira dua hal itu yang mungkin memudahkan jalan saya.

Saya selalu meyakini ketika sedang di ruang publik, hak pribadi kita itu pelan-pelan tergerus. Menjadi komisaris di perusahaan besar itu ada senangnya dan ada dukanya. Itu akan saya jadikan tantangan dan akan membatasi saya dari hal-hal yang tidak produktif.

Sebagai komisaris independen, saya mewakili kepentingan publik sehingga saya harus berkontribusi terhadap apa yang saya wakili. Banyak hal yang harus saya korbankan seperti meninggalkan anak untuk dinas ke daerah, dan ini menurut saya adalah konsekuensi dari perjuangan.

Anda merupakan contoh nyata milenial yang sukses, apa sih rahasianya?

Pertama, manusia itu adalah mahkluk sosial, di mana harus bisa menebar kebermanfaatan sebesar-besarnya. Itu yang saya yakini di mana pun saya berada. Selama saya menjabat, saya tidak akan bertanya apa yang BSI bisa berikan ke saya, tetapi apa yang bisa saya berikan untuk BSI. Kita harus memberi nilai tambah di mana saja kita berada.

Kemudian, kita harus mengorbankan kepentingan kita sendiri untuk mendapat sesuatu yang lebih besar. Jika ingin memberi kontribusi terbaik, self-interest kita jadikan prioritas ke sekian.

Terakhir, saya selalu menyandarkan ini kepada sesuatu yang lebih besar. Saya menyadari memiliki Pencipta sehingga saya menyadari kalau saya tidak bergantung pada sesama ciptaan, tetapi pada sesuatu yang lebih besar.

Sebagai penutup, apa yang ingin Anda sampaikan?

Saya ingatkan kepada teman-teman yang lebih muda bahwa kita ini adalah masa depan sehingga harus menyiapkan ini secara serius seperti belajar, berinteraksi, menjaga etika dan moral. Saya kira hal itu akan menjaga kita dari hal-hal yang negatif. Karena anak muda adalah aset bagi masa depan, yang harus kita lakukan adalah menjaga diri kita untuk masa depan yang lebih baik.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: