Benarkah Zionis Israel Ada di Azerbaijan Seperti yang Dituduhkan Iran? Faktanya...
Iran mengatakan bahwa mereka memiliki "keprihatinan serius" tentang kehadiran Israel di Kaukasus, ketika ketegangan meningkat antara Iran dan Azerbaijan atas hubungan Baku dengan Israel, pemasok senjata utama.
Komentar itu muncul sehari setelah laporan yang belum dikonfirmasi di media Azerbaijan mengatakan Iran telah menutup wilayah udaranya untuk pesawat tentara Azerbaijan.
Baca Juga: Duh, Seram! Aksi Pemuda Nasionalis Azerbaijan Bikin Iran Murka Sejadi-jadinya
"Kami tentu tidak akan mentolerir perubahan geopolitik dan perubahan peta di Kaukasus," kata Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian kepada wartawan di Moskow, dikutip laman TRT World, Kamis (7/10/2021).
"Kami memiliki keprihatinan serius tentang kehadiran teroris dan Zionis Israel di wilayah ini," tambahnya.
Sejak pertengahan September, ketegangan meningkat antara Iran dan Azerbaijan, yang berbagi perbatasan 700 kilometer (430 mil).
Israel adalah pemasok senjata utama ke Azerbaijan, yang tahun lalu memenangkan perang enam minggu dengan tetangganya Armenia atas wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan.
'Tuduhan tak berdasar'
Pada Jumat (1/10/2021), pasukan darat Iran memulai manuver di dekat perbatasan, sebuah langkah yang dikritik oleh Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev.
Sehari sebelum latihan diluncurkan, Amir-Abdollahian mengatakan kepada mitranya dari Azerbaijan bahwa Iran tidak akan mentolerir kehadiran atau aktivitas Israel "di sebelah perbatasan kami" dan berjanji untuk mengambil tindakan yang diperlukan.
Aliyev mengatakan pada Selasa (5/10/2021) bahwa Baku "tidak akan meninggalkan jawaban" tuduhan "tak berdasar" Teheran tentang kehadiran militer Israel di wilayahnya.
Juga pada Rabu (6/10/2021), maskapai AZAL milik negara Azerbaijan mengatakan bahwa mereka akan mulai menggunakan wilayah udara Armenia untuk penerbangan.
Langkah itu menandai tanda pertama meredanya ketegangan antara Baku dan Yerevan, beberapa hari setelah para pemimpin negara itu menyatakan kesiapannya untuk bertemu untuk pembicaraan.
'Pembicaraan nuklir di Wina akan segera dimulai kembali'
Sementara itu, Abdollahian mengatakan di Moskow pada hari Rabu bahwa ia mengharapkan negosiasi mengenai kesepakatan nuklir Iran akan segera dimulai kembali di Austria.
"Kami sekarang menyelesaikan konsultasi mengenai masalah ini dan akan segera memulihkan negosiasi kami di Wina," katanya kepada wartawan setelah pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.
Kesepakatan nuklir 2015 memberi Iran keringanan sanksi sebagai imbalan atas kontrol ketat pada program nuklirnya.
Pada 2018, Presiden AS saat itu Donald Trump menarik diri dari perjanjian multilateral dan mulai menerapkan kembali sanksi.
Teheran secara bertahap membatalkan komitmen nuklirnya sejak 2019.
Presiden AS Joe Biden membalikkan keputusan Trump untuk menarik Amerika Serikat dari negosiasi internasional untuk mengekang ambisi nuklir Iran.
Namun pembicaraan di Wina untuk menghidupkan kembali kesepakatan itu menemui jalan buntu sejak Juni, ketika Presiden baru Iran yang ultrakonservatif Ebrahim Raisi terpilih.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: