Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan), Bambang mengajak semua pemangku kepentingan bahu membahu dalam mewujudkan gerakan tiga kali lipat ekspor (Gratieks) tahun 2024.
Peranan Badan Karantina Pertanian (Barantan) sangatlah penting meningkatkan pelayanan fasilitasi pertanian khususnya bagi ekspor pertanian. Selain itu, Barantan juga bagian dari perlindungan sumber daya alam hayati pertanian dari ancaman hama penyakit yang berbahaya
"Bagi sebagian orang yang baru mendengar, mungkin nggak masuk akal untuk mewujudkan tiga kali lipat ekspor pertanian pada 2024. Saya kira ini kepentingan nasional, kepentingan kita semua," kata Bambang saat memberikan pidato kunci dalam webinar yang diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (FORWATAN) dan Badan Karantina Pertanian bertemakan "Strategi Pembiayaan Ekspor Pertanian untuk Mendukung Gratieks" Sabtu (9/10).
"Apabila semua administrasi bergerak mewujudkannya, bukanlah pekerjaan yang berat untuk kita wujudkan tiga kali lipat ekspor," tambahnya.
Webinar ini menghadirkan sejumlah pembicara antara lain Dedi Djunaedi (Direktur P2HP Kementerian Pertanian RI), Ihsan Nugroho (Kepala Bidang Keamanan Hayati Nabati Barantan), dan Wisnu Wasisa Putra (Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Barantan).
Dari sisi on farm saja, kata Bambang, target tiga kali lipat ekspor pertanian dapat dengan mudah dicapai.
"Target tiga kali lipat ekspor ini untuk kebaikan kita semua karena pengaruh akselerasi ekspor ini tentunya berdampak pada perekonomian nasional, penyerapan tenaga kerja, kesejahteraan petani, sehingga wajib hukumnya semua pihak memberikan dukungan," ujarnya.
Menurut Bambang, berkat semangat tiga kali lipat ekspor yang terus digelorakan Kementan selama ini, kini setiap daerah sudah mulai sadar akan potensi pertaniannya masing-masing bahkan ikut bergerak menyuskeskan gerakan ekspor. Pada 2020, ekspor pertanian Indonesia telah menjangkau lebih dari 150 negara.
"Untuk mengangkat dan mengakselerasi ekspor sangat besar terutama peluang peluang bagi pengusaha yang saat ini sudah melaksanakan aktivitas usaha agribisnisnya maupun yang baru merintis, peluang peluang itu sangat besar," ujarnya.
Apalagi, kata Bambang, pemerintah telah menyediakan pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pada tahun 2020 dialokasikan sebesar Rp 56 triliun dan tahun 2021 mencapai Rp 71 triliun.
"Kami berharap pelaku usaha berani memanfaatkan dana perbankan tersebut. Usaha pertanian kalau diseriusi akan berhasil. Resiko kegagalan yang menjadi momok sebenaranya tidak sepenuhnya benar, kalau kita serius," tegasnya.
Di tempat yang sama, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, Dedi Junaedi mengatakan, hampir semua komoditas perkebunan mengalami pertumbuhan yang meningkat selama pandemi COVID-19.
Dedi mengatakan, pertumbuhan ekspor dari 2020 dan 2021 (Januari-Juni) volume ekspor naik 3,4 persen dan nilai ekspor juga naik 44,8 persen.
"Saat ini baik dari segi volume maupun dari segi nilainya, ekspor pertanian memang masih didominasi kelapa sawit, kemudian diikuti karet, kelapa, kakao, kopi dan komoditas lainnya," kata Dedi.
Dedi mengatakan, Ditjen Perkebunan telah menetapkan komoditas ekspor dalam tiga bagian. Pertama, komoditas utama (dari sisi volume) yakni kopi, kakao, kelapa, jambu mete, lada, pala, vanili, kayu manis, cengkeh, dan teh.
Kedua komoditas andalan yaitu, sawit dan karet. Ketiga komoditas pengembangan yaitu, nilam, sagu, stevia, pinang, lontar, sereh wangi dan beberapa komoditas lainnya.
"Stevia tanaman untuk pertama kali kita sudah ekspor dan ini peluangnya sangat besar karena hanya beberapa negara di dunia aja yang bisa menghasilkan stevia. Apalagi kita berada di garis Khatulistiwa," ujarnya.
Selain itu, potensi ekspor kopi mencapai Rp 73,79 triliun, sementara capaiannya hanya Rp 13,48 triliun. "Artinya ada kehilangan potensi ekspor sebanyak Rp 60,30 triliun. Karena itu perlu ada perbaikan, misalnya peremajan, maka angka tiga kali lipat tidak sulit," ujarnya.
Ihsan Nugroho Kepala Bidang Keamanan Hayati Nabati Barantan mengatakan, peran karantina dalam pertanian dalam peningkatan ekspor di antaranya memastikan komoditas pertanian yang diekspor sesuai dengan ketentuan Sanitary Phytosanitary (SPS) di negara tujaun.
"Kalau teman-teman kami di pelabuhan memperketat itu semata-mata untuk melindungungi sumber daya hayati kita. Kita tidak mempersulit, tetapi ketika tidak sesuai dengan ketentuan dengan kesehatan, tumbuhan dan hewan, itu tidak kita bisa main-main," ujarnya.
"Jadi jangan anggap kami mempersulit di pelabuhan, kalau memang ada yang mengalami kendala. Silakan laporkan kepada kami. Artinya, Badan Karantina Pertanian ingin memberikan pelayanan terbaik dan tidak perlu ditakuti. Kami mitra yang baik untuk mendukung pelaku eksportir," sambungnya.
Selain itu, kata Ihsan, peran karantina dalam pertanian dalam peningkatan ekspor adalah memberikan jaminan kesehatan komoditas pertanian yang diekspor bebas dari quarantine pest negara tujuan.
"Karantina Pertanian juga sebagai focal point NPPO yang mampu menyampaikan Notification Non Compliance (NNC) ke negara tujuan apabila terdapat kendala ekspor," kata Ihsan.
Wisnu Wasisa Putra Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Barantan, menjelaskan pelayanan ekspor juga dilakukan melalui berbagai kebijakan seperti agro klinik ekspor. Keberadaan klinik ekspor sangat membantu petani dan kalangan eksportir pertanian untuk memberikan akses informasi terkait potensi dan proses bisnis ekspor produk pertanian.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: