Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wanita Lebih Berisiko Terkena Osteoporosis? Ternyata...

Wanita Lebih Berisiko Terkena Osteoporosis? Ternyata... Kredit Foto: Unsplash/Harlie Raethel
Warta Ekonomi -

Osteoporosis memang tak hanya menyerang wanita. Akan tetapi, wanita memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena osteoporosis dibandingkan pria.

"Ada faktor risiko yang tidak bisa diubah, misalnya jenis kelamin. Wanita lebih gampang terkena osteoporosis," kata dr. Faisal Parlindungan, Sp.PD-KR, dalam diskusi virtual, Sabtu.

Baca Juga: Apakah Disfungsi Ereksi pada Pria Diabetes Dapat Disembuhkan?

Dr. Faisal menjelaskan, hal tersebut disebabkan oleh perbedaan hormon antara wanita dan pria. Pada wanita, ada hormon estrogen yang berfungsi untuk mencegah keropos tulang.

Namun, menurut dr. Faisal, seiring bertambahnya usia, wanita akan mengalami menopause. Ketika itu, indung telur atau ovarium tidak lagi memproduksi sel telur dan hormon estrogen.

"Wanita yang sudah menopause sangat mungkin untuk mengalami pengeroposan tulang," jelas dokter spesialis penyakit dalam sekaligus konsultan reumatologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini.

Baca Juga: Penting! Penderita Diabetes Merasakan Sakit di Seluruh Badan? Mungkin Ini Penyebabnya

Selain karena hormon, risiko osteoporosis yang lebih tinggi pada wanita juga disebabkan struktur tulang yang 30 persen lebih sedikit dibanding pria. Di samping itu, faktor risiko osteoporosis lainnya yang tidak bisa diubah adalah riwayat osteoporosis dalam keluarga.

Dr. Faisal juga menyebut orang Asia lebih mudah terkena penyakit tersebut. Mengapa begitu?

"Jadi orang Asia lebih mudah kena daripada bule. Itu berdasarkan kondisi yang diamati pada populasi, ada penelitiannya," imbuhnya.

Sementara itu, ada faktor risiko osteoporosis yang bisa diubah. Itu menyangkut gaya hidup, termasuk asupan gizi dan penyakit yang diderita seperti gula, ginjal, autoimun, dan penyakit jantung.

Osteoporosis, menurut dr. Faisal, termasuk silent disease karena sering kali tidak memiliki gejala sampai patah tulang pertama terjadi. Itu sebabnya wanita berusia di atas 65 tahun dan pria di atas 70 tahun dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dengan penapisan atau Bone Mineral Density (BMD) untuk mengevaluasi kepadatan massa tulang.
 
 
"Yang lebih muda juga boleh dilakukan penapisan jika memiliki kondisi yang menyebabkan peningkatan risiko kehilangan massa tulang," katanya.
 
Dr. Faisal juga mengingatkan untuk selalu memerhatikan asupan gizi dalam tubuh, seperti kalsium dan vitamin D. Itu penting untuk menjaga kepadatan tulang.
 
"Kalsium tidak akan langsung masuk ke tulang, harus diserap dulu. Nah, vitamin D akan membantu penyerapan kalsium," jelasnya.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: