Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mulutmu Harimaumu, Gus Yaqut Layak Dicopot

Mulutmu Harimaumu, Gus Yaqut Layak Dicopot Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Seperti pepatah, mulutmu harimaumu bahwa setiap ucapan yang dilontrakan bisa menyakiti orang lain.

Hal itu terjadi pada Cholil Qoumas alias Gus Yaqut yang menyebut Kementerian Agama hadiah negara untuk Nahdatul Ulama (NU). Pernyataan Gus Yaqut itu menuai polemik

Menanggapi itu, Pengamat politik Dedi Kurnia Syah menilai Gus Yaqut sudah tak layak menjabat Menteri Agama. Baca Juga: Pimpinan MUI Sentil Menag Yaqut Cholil Qoumas, Isinya Menohok

"Pernyataan itu jelas bernada kolusi, dan perlu ada pernyataan tegas dari Menag jika dia khilaf dalam (membuat) pernyataan," kata Dedi dalam keterangannya, Senin (25/10).

Menurut Dedi, pernyataan Gus Yaqut harus dijelaskan agar Menag tidak dianggap memuluskan sikap kolusi di kementerian yang dipimpinnya.

Tanpa ada pengakuan khilaf dari Menag, Dedi menilai pernyataan tersebut itu setara dengan deklarasi kolusi.

Menag akan dianggap melakukan pembiaran adanya mafia jabatan di Kemenag tanpa mempertimbangkan kualitas dan kapasitas.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) itu pun mengkhawatirkan upaya konsolidasi kebangsaan yang saat ini tengah dibangun.

"Artinya, Yaqut tidak layak menduduki posisi menteri. Dan menyedihkan karena menihilkan keberagaman di Indonesia," tegasnya.

"Ada baiknya, presiden menegur secara langsung dan keras," sambungnya. Baca Juga: Kehebatan Anies Baswedan Pimpin Jakarta, Lawan Politik Bisa Panas

Sebelumnya, Gus Yaqut menyatakan Kemenag bukan hadiah dari negara untuk orang Islam. Namun, Kemenag itu hadiah dari negara untuk orang Nahdlatul Ulama (NU).

"Saya bantah bukan, Kemenag itu hadiah negara untuk NU bukan untuk umat Islam secara umum, tapi spesifik untuk NU. Jadi wajar kalau NU itu memanfaatkan peluang yang ada di Kemenag," kata Gus Yaqut. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: