Kader Muda NU Pasang Badan Buat Menag: Gus Yaqut sedang Memberi Motivasi ke Para Santri dan NU
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, kembali melontarkan pernyataan yang menimbulkan kontroversi. Kali ini dalam webinar memperingati Hari Santri yang diselenggarakan PBNU, Gus Yaqut menyebut bahwa Kementerian Agama adalah hadiah negara untuk Nahdlatul Ulama atau NU.
Kader muda Nahdlatul Ulama (NU), Rahmad Hidayat Pulungan, menilai pernyataan Menteri Yaqut atau Gus Yaqut hal yang wajar dan tidak kontroversial apabila dilihat secara jernih serta tidak memiliki tendensius politik. Menurut dia, membaca pernyataan Gus Yaqut sangat sederhana jika dari sudut pandang Ushul Fikih.
"Setiap lafaz atau ucapan memiliki dua makna, yaitu umum dan khusus maka tergantung dilalahnya atau penunjukannya. Nah, apa yang disampaikan Menteri Agama secara teks dan konteks tujuannya untuk khusus, bukan bermakna umum," kata Rahmat melalui keterangannya.
Baca Juga: Kelompok Habib Rizieq Kasih Komentar Keras ke Menag Yaqut: Mundur Saja, Tak Paham Tupoksi Kemenag
Ia mengatakan Gus Yaqut menyampaikan hal itu dalam konteks acara PBNU atau Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI), bertepatan memperingati Hari Santri Nasional dihadapan para santri NU. Maka, apa yang diucapkan Gus Yaqut adalah sebuah motivasi kepada para santri nahdliyin.
"Jadi wajar kalau Menteri Agama memberikan motivasi kepada santri dan NU dengan segala kebesarannya, harus bisa menjadi penggerak kemajuan dan pemersatu bangsa," ujarnya.
Selama ini, kata dia, Kementerian Agama memang dianggap identik dengan NU. Selama Pemerintahan Soekarno, lanjutnya, kader-kader NU banyak yang dipilih presiden atau perdana menteri saat itu menjadi Menteri Agama. Contohnya, KH. Wahid Hasyim dipercaya tiga kali menduduki jabatan Menteri Agama RI era Presidensiil, RIS dan era Kabinet Natsir serta Soekiman.
Bahkan, kata Rahmat, KH. Masjkur dipilih empat kali sebagai Menteri Agama dalam kabinet yang berbeda. Akan tetapi, selama 32 tahun Orde Baru, Soeharto meminggirkan dan diskriminatif terhadap ormas Islam terbesar di Tanah Air tersebut. Kala itu, Menteri Agama dipegang dari kalangan militer dan non NU.
"Kemenag ini selalu identik dengan NU. Faktanya, selama Orde Baru terpinggirkan. Banyak lembaga pendidikan NU tidak diakui negara dalam hal ini Kementerian Agama, tindakan ini kan diskriminatif. Padahal, kontribusi pesantren kepada bangsa dan negara luar biasa. Maka sepantasnya kalau Menag dari NU harus bisa mengafirmasi apa yang menjadi kebutuhannya, dalam konteks meningkatkan kualitas SDM pesantren serta madrasah," jelas dia.
Baca Juga: MUI Semakin Dongkol Gegara Menag Yaqut Ogah Minta Maaf
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo